Pernah terbersit di benak untuk keliling Asia Tenggara lewat
jalur darat. Terbang ke salah satu Negara Asean setelah itu ke Negara-negara
lain via darat. Liat saja peta di bawah ini, 6 dari 10 negara ASEAN bisa dilalui
lewat darat! Idealnya mungkin jalur yang bisa dilakukan adalah Indonesia-Singapura-Malaysia-Thailand-Kamboja-Laos-Vietnam-Indonesia.
Jadi kalau mau benar-benar explore keseluruhan, cukup cari tiket pesawat
berangkat Indonesia-Singapura dan pulang Vietnam-Indonesia, bisa juga dibalik
rutenya.
Banyak traveler yang mampu menaklukan jalur ini namun dalam waktu
berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Waktu. Itulah yang tidak banyak
aku miliki dalam setiap trip. Maka dari itu, trip kali ini aku juluki Overland
ala-ala karena memang hanya ke 3 negara (Malaysia, Kamboja, dan Thailand) 5 kota
(Kuala Lumpur, Siem Reap, Bangkok, Krabi, Hat Yai) dengan waktu yang terbatas 9
hari! Dan kali ini aku ngetrip berempat dengan Tikpo, Hesti, dan Mba Anis.
Persiapan yang
dilakukan
Paspor adalah kunci untuk masuk ke negara
manapun. Visa? Bagusnya, untuk masuk ke negara-negara Asean, paspor hijau RI
bebas visa~~ lalalaaa. Jadi cukup paspor saja ya!
Itinerary.
Aku pribadi orang yang senang mempersiapkan
detail perjalanan, termasuk membuat itinerary. Karena hal-hal demikian jadi
bagian traveling yang sangat seru menurutku. Beberapa bulan sebelum berangkat,
kami ngumpul dan sering komunikasi via grup wasap untuk menentukan destinasi
yang akan dikunjungi, hotel di tiap-tiap kota, transportasi tiap kota, termasuk
biaya-biaya yang harus disiapkan. Itinerary perlu dibuat sebagai panduan di
jalan, meskipun pada akhirnya perjalanan tidak 100% sesuai itinerary, paling
tidak dengan merencanakan tiap detailnya, perjalanan jadi lebih terkontrol, yah
minimal mengurangi resiko tersasar atau over budget.
Tapi mungkin, itinerary jadi nggak begitu
penting buat beberapa pejalan tipe go show, yang jalan saja ke suatu negara
lalu kemana-kemananya dipikirkan nanti saat di sana, termasuk menginap dimana
pun mereka akan tentukan di sana. Bukan karena mereka malas bikin itinerary ya,
tapi memang cara orang menikmati perjalanan kan bisa berbeda.
Bekal secukupnya.
Bekal di sesuaikan saja berdasarkan
itinerary. Pakaian misalnya, karena kita berencana mengunjungi Phi-phi Island,
nggak mungkin dong kita pakai celana jeans untuk main di air. Paling nggak, kita
prepare baju atau kaos ala main di pantai.
Budget juga, dari itinerary bisa juga kita
perkirakan harus bawa uang berapa mata uang apa. Kalau aku lebih suka menukar
uang di money changer Indonesia saja, bukan karena rate rupiah di luar lebih
buruk atau apa, cuma kayaknya lebih nyaman kalau pas sampai sana udah pegang
mata uang sana jadi nggak perlu ribet cari-cari money changer kan? Untuk trip
ini, perlu disiapkan USD untuk di Kamboja, MYR untuk di Malaysia, dan THB untuk
di Thailand. Hehe.
Koper atau ransel? Kalau ini disesuaikan
dengan nyamannya kita aja. Aku sih bawa ransel ya, karena perjalanan nanti akan
naik turun bis, naik turun kereta, jadi aku pikir lebih praktis ransel. Mba Anis
dan Hesti juga pake ransel kok. Tikpo aja yang beda, di mah koper forever! Mau nanjak
Alpen juga mungkin dia tetep pilih koper. Haha.
Backpackku. Warnanya kayak Kyo kan? |
Hari Pertama (Jakarta-Kuala
Lumpur)
Senin, 10 Agustus 2015. Antisipasi senin yang macet, jam 3
aku udah jalan dari rumah di Cimanggis untuk naik Damri dari Kampung Rambutan. Dan
ternyata nggak macet tuh, jam 5 aku udah sampe Terminal 3 Soetta. Tikpo udah
ada di sana lebih dulu sedangkan Mba Anis masih nunggu Damri di Pancoran dan
Hesti baru keluar kantor~~ hohoho. Sambil nunggu yang lain datang, aku sholat Ashar dulu
dilanjutkan makan di Bakmie GM deket pintu masuk keberangkatan. Disitu aja
terus sampe Mba Anis dan Hesti dateng.
Penerbanganku ke Kuala Lumpur sebenarnya ada di jam paling
malam, yaitu 8.30 pm. Jadi kebayang dong berapa lama nunggunya? Hehe. Tapi gapapalah,
nongkrong di bandara selalu menyenangkan kok.
23.30 tepat aku mendarat di KLIA2 (catatan: waktu Malaysia lebih cepat 1 jam
dari WIB), makanya perjalanan CGK-KUL yang hanya 2 jam jadi seperti 3 jam ya. Selesai
urusan imigrasi aku dan yang lain cari spot yang asik buat nunggu flight esok
pagi ke Siem Reap. Kami sempet mampir ke KFC depan terminal keberangkatan KLIA2
karena Tikpo terngiang-ngiang Chicken Wedges ala KFC itu, aku sih cuma pesen teh
tarik aja.
Bertiga jejer. Tikpo di belakang dan sendiri! |
Water Fountain. Salah satu tanda suatu bandara itu traveler friendly. Di KLIA2 jumlahnya ga banyak, salah satunya ada di dekat toilet terminal kedatangan. |
Chicken Wedgesnya ga keliatan :) |
Jam 1 am akhirnya kami masuk terminal keberangkatan,
petugasnya bilang ini masih terlalu pagi, tak apa? Ya, jawab kami. Kata Tikpo
spot buat selonjoran di dalem lebih nyaman dari pada di luar terminal~~ dan bener
aja, banyak orang udah menempati pojok-pojok strategis (deket saklar listrik
tentu) dan tidur gelesoran dengan asiknya. Lalu dimana tempat kami? Di depan outlet
BOSS yang udah tutup, kami menemukan sepasang kursi panjang kosong, kami
dekatkan, lalu santai aja tidur di atasnya. Hoho. Masih ada beberapa sebelum flight ke Siem Reap jam 6.50 nanti~~
Pengeluaran Sebelum dan Hari Ke-1
Kegiatan
|
Biaya (Rupiah)
|
Tiket CGK-KUL PP+ KUL-REP
|
1200000
|
Airport tax (dibayar menyusul via CC)
|
150000
|
Lamphu Guesthouse Bangkok
|
220000
|
Madame Tussaud Bangkok (early bird 425 baht)
|
170000
|
Miti Resort Krabi
|
290000
|
Kereta Senandung Langkawi (54+2 RM as fee)
|
205000
|
Makan di Bakmie GM
|
49000
|
Damri
|
40000
|
Total
|
Rp2324000
|
No comments:
Post a Comment