Tetiba saja ingin melakukan hal mainstream yang sudah terlalu banyak orang
melakukannya~~
Menceritakan kegiatan traveling mereka.
Aku bukan termasuk orang yang sering melakukan perjalanan
aka traveler. Bahkan untuk sekedar keluar pulau yang aku huni pun bisa dihitung
pakai jari. Tapi ternyata, traveling itu bener-bener bikin ketagihan. Traveling
itu lebih menyenangkan dari sekedar gadget model paling up to date. Banyak
banget hal yang kita dapet saat traveling. Banyak. Sangat banyak.
Traveling Pertama (Singapore-Kuala Lumpur)
19- 25 Februari 2014.
Awalnya Aku, Tikpo, Aru, DWL, Neo, Alin, dan Made mendapatkan tiket AirAsia CGK-SIN PP 510rb, cukup murah. Tetapi pada prosesnya,
cuma aku berdua Tikpo yang akhirnya berangkat.
Itinerary semula, selama 7 hari aku hanya akan
mengelilingi SG. 7 hari di Negara yang bahkan luasnya nggak sebanding Jakarta?
Apa nggak sayang? Akhirnya, kami sepakati untuk melipir ke Kuala Lumpur. 5 hari
SG 2 hari KL. Kami pun membagi tugas untuk membuat itinerary per Negara, Tikpo
SG dan aku KL. Tikpo yang memang sudah pernah ke SG sebelumnya tentu tidak
kesulitan untuk mempersiapkan itu semua. Sedangkan aku yang belum pernah sama
sekali ke luar negeri, harus googling segala alternative itinerary Kuala
Lumpur. Termasuk trasportasi dari dan ke KL, selama di sana, serta objek wisata
yang harus dikunjungi.
4 Hari 3 Malam- Singapore
Kami memutuskan untuk mengunjungi Singapore telebih dahulu
sebelum Kuala Lumpur. Berangkat dengan AirAsia dari Terminal 3 SHIA menempuh
perjalanan kurang lebih satu jam, sekitar jam 5 sore kami tiba di Changi
Airport. Benar kata mereka yang telah ke sana lebih dulu, Bandara Changi super
duper keren, sensasi itu aku rasakan bahkan hanya saat perjalanan turun pesawat
sampai imigrasi.
Bersyukurlah aku karena pergi dengan teman yang memang sudah
pernah ke sana sehingga tahu persis apa yang harus dilakukan satelah keluar
bandara- mencari station MRT tentu saja. MRT ini adalah salah satu transportasi
andalan Singapore. Cepat, anti macet, modern, sangat jauh jika dibandingkan
dengan bus umum atau bahkan komuter linenya Jakarta. Selain MRT, sarana
transportasi Singapore adalah bus dan taxi. Tapi, memang Singapore itu Negara
maju Jadi nggak heran kalau system transportasinya sudah sangat tertata. Station
MRT letaknya di bawah tanah, bus pun tidak berhenti sembarangan di pinggir
jalan, melainkan di setiap halte sepanjang rutenya. Oh ya, untuk pembayaran
semua sarana transportasi umum di sana digunakan EZlink, kalau di Jakarta
semacam flazz BCA yang bisa digunakan untuk naik TransJakarta maupun KRL. Kita
bisa membeli kartu tersebut di station yang entah dimana aku nggak tahu karena
memang aku nggak beli, karena dapet pinjeman Alin yang nggak jadi berangkat.
Alhamdulillah~~
Untuk sampai di station MRT Changi yang adanya di Terminal
2, sedangkan kita ada di Terminal 1, kita bisa naik semacam Sky Trainnya Changi
Airport yang memang disediakan gratis.
Ternyata aku bukan
culinary traveler, rencana awal yang aku dan tikpo adalah ingin mencoba
segala makanan unik di sana, tapi ternyata untuk sekedar menghabiskan satu
porsi berdua nasi Briyani aku tak sanggup, kurang pas di lidah karena memang
aku tidak terlalu suka kari—sejak itu kuputuskan untuk tidak makan yang
aneh-aneh—KFC, Mc D, Burger King, itu lebih baik— tak seperti di Indonesia yang
varian utama menu restoran fast foodnya nasi, aku jarang menjumpai nasi di
sana, baru ketemu setelah mencoba makan di KFC Vivo City itupun bukan nasi yang
bener-bener nasi, karena masih aja dicampur bumbu-bumbu gitu, syukurnya masih
bisa ditoleran lidahku. Ada satu menu favorit aku dan Tikpo di Burger King SG,
kalau nggak salah pertama kali coba di BK Marina Square, Burger Mushroom
Galore, rasanya heaven banget! Harganya kurang lebih 9 SGD. Sekedar info,
rata-rata restoran fast food di sana ada logo halal Singaporenya kok, jadi
nggak perlu khawatir.
Nasi Briyani di Tekka Center |
Berdasasarkan itinerary yang telah Tikpo susun, ada beberapa
tempat dan show yang kita sempat kunjungi (meskipun ternyata mengikuti
itinerary secara benar-benar sesuai itu sulit deh)
Hari pertama tiba, setelah bersih-bersih dan menyempatkan ke
Tekka Center untuk nyobain Nasi Briyani yang ternyata enggak banget di lidahku
itu, kami langsung mengunjungi Garden by The Bay. Ini tempat semacam taman
buatan yang dibuat seperti pohon-pohon menjulang dengan lampu warna-warni
keren. Untuk kesini kita harus turun di station MRT Bayfront, keluar dari MRT
station kita langsung disuguhi Pic Marina Bay Sands saat malem dengan lampu
yang hampir nyala keseluruhan karena memang kita tiba disana sekitar jam 10.30
pm, setelah tanya ke petugas MRT disebutkan bahwa MRT beroperasi sampai jam
12.00 am, maka kami masih punya waktu 1 jam untuk sekedar berkeliling Garden by
the bay~~
Ternyata Garden Bay the Bay bikin nagih, nggak cukup sekali,
kami bahkan sampai empat atau lima kali mengunjungi tempai ini. Saat pagi,
siang, sore, malem. Bahkan aku dan Tikpo sepakat kalau Garden by the bay memang
tempat yang paling keren di SG. Bahkan, sore hari setelah dari SEA pun kami
kesana karena memang pengen naik Sky Walk dan liat show Garden Rhapsody.
Kami berencana naik sky walknya tepat sesaat sebelum Garden
Rhapsody dimulai jadi bisa nikmatin pertunjukannnya dari atas, maka sesampainya
di sana kami berkeliling dulu sebelum membeli tiket. Nggak cuma pohon-pohon
buatan yang gede-gede (Supergrove Tree), Garden by the bay memang sengaja
dibuat untuk menarik wisatawan, di sana juga terdapat taman yang luas dengan
namanya masing-masing, bunga dan dedaunan dimana-mana, cantik. Ada juga danau
yang ada patung butterflynya, keren deh. Saat lampu-lampu sudah mulai
dinyalakan, kami memutuskan untuk membeli tiket dan eng ing eng—counter
penjualannya tutup, mba-mba penjual tiket yang berwajah India menganjurkan kami
untuk dating lagi besok. Apa boleh buat, garden rhapsody kami nikmati dari
bawah, sambil tiduran di kursi-kursi sekitar supergrove tree—beneran keren deh
garden rhapsodynya. Jadi dalam pertunjukkan ini dimainkan music nah lampu-lampu
dari supergrove tree akan menari berkelap-kelip sesuai musiknya. Pertunjukan
ini gratis dan dimainkan dua kali setiap harinya (lupa tepatnya jam berapa dan
jam berapa, kami menyaksikan yang jam pertama karena berdasarkan rencana
setelah dari sini kami akan ke Marina Bay menikmati light and water shownya
Marina Bay sands yang juga free.
Saking penasarannya, keesokan harinya akhirnya kami kesana lagi sebelum mengelilingi icon Singapore yang lain—untuk naik sky walknya kita perlu membeli tiket seharga 5 sgd dan lucunya, mba-mba cantik india itu masih inget kalo kita pengunjung yang gagal naik semalam—hihi
Marina Bay,
sebelum meluncur ke USS, kami menyempatkan diri kesini~~ berjalan mengelilingi
Marina Bay, tentu jangan sampai melewatkan untuk melihat Marina Bay Sands yang famous, bangunan hotel ini sangat menarik
untuk difoto baik pagi siang sore malam maupun super malam. Tetap cantik, nggak
heran kalau bangunan ini jadi iconnya Singapore. Bangunan dengan kapal di
atasnya, kalau sudah pernah berfoto dengan background ini, berarti sudah ke
Singapore. Selain Marina Bay Sands, ada spot-spot menarik yang tak boleh
terlewatkan. Art Science Museum,
sebenarnya kalau nggak salah ini semacam exhibition hall yang berganti-ganti
isinya, saat saya kesana sedang ada pameran tentang Dinosaurus, agak telat
karena beberapa bulan sebelumnya pamerannya adalah tentang Harry Potter! Uh!
Art Science Museum~~ hanya lewat |
di bawah pohon-pohon ini terdapat gambar bendera Negara-negara di dunia, sayangnya saya kurang beruntung untuk menemukan bendera Indonesia. |
Universal Studio
Singapore di Sentosa Island. Kami mengunjungi tempat ini di hari kedua,
sesuai itinerary. Tiket masuk USS sudah kami beli di Indonesia, ini lebih baik
dan lebih murah daripada harus beli on the spot. Banyak kok travel agent yang
jual tiket-tiket wisata luar negeri. Kalo kami sih membeli di sunburstadventure
via COD. Rencananya selain USS, di Sentosa kami ingin menonton Song of The Sea
dan mencoba Sky Ride and Sky Ludge dan mampir ke SEA Aquarium, sayangnya
sunburst Cuma jual USS, SEA, sama SOS aja jadi terpaksa tiket Sky Ride Ludgenya
kami beli langsung disana. Koko Danny yang punya Sunburst jual tiketnya dalam
bentuk fisik loh, jadi disana tinggal masuk aja nggak perlu nuker-nuker lagi.
Asik. Eh, kecuali SOS ya yang masih berupa voucher dan harus di redeem dulu.
Sebagai pecinta amusement park, USS tentu menjadi tujuan
utama aku bertandang ke Singapore. Yap. I wanna try to ride battlestar
galactica yang kata Tikpo super itu!
Untuk mencapai USS kita harus naik MRT ke Harbour Front
karena memang USS terletak di kawasan Sentosa Island. Bicara soal Sentosa
Island, banyak tempat wisata Singapore yang ada didalamnya~~ sebut saja USS,
SEA Aquarium, Palawan Beach, Siloso Beach, Tanjung Beach, dan beberapa atraksi
yang letaknya di Imbiah Lookout, salah zona di Sentosa. Setelah sampai di
station Harbour Front pastikan ambil exit E arah Vivo City kemudian lanjut naik
Sentosa Express untuk masuk ke Sentosa Island. Untuk naik Sentosa Express perlu
membayar 4 SGD menggunakan EZLink bebas untuk naik turun di stasiun-stasiun
yang ada (Waterfront, Imbiah, dan Beach Station). Karena tujuan kami kali ini
adalah ke USS maka pertama kali kami turun di Waterfront Station.
Dan eng ing eng~~ Battlestar
Galactica was closed! Sedih, kecewa, tapi seneng juga, berarti ada alasan untuk
balik lagi kesini. Hehe. It was 1st time for me to try amusement
park outside Indonesia, dan jelas I was speechless that time, Dufan dan
Transtudio Bandung masih belum ada apa-apanya dibanding USS. I’m not gonna tell
you anything about USS because it just very worth to pay about 60 SGD. If
you’re an amusement addicted, you’ve to visit here. Apapun yang ada di dalamnya
bener-bener canggih dan menyenangkan (Haha. Padahal mah
agak lupa dan males untuk jelasin detail karena memang akan jadi panjang kalau
diceritain). The best attraction di USS sih menurut aku pribadi sih~~ The Mummy
sama Transformer, efeknya keren!
Ukuran USS tak sebesar Dufan,
tapi untuk wahananya, USS masih lebih keren. Dan semakin keren karena USS
menyediakan prayer room di dekat Battlestar, dan ada yang sedikit tindakan bodoh
yang aku lakukan disini. Karena kami cuma membawa satu mukena untuk bergantian
(note: prayer roomnya tidak menyediakan mukena), aku sholat terlebih dahulu
daripada Tikpo. Arah kiblatnya aku sesuaikan dengan yang aku baca di aplikasi
HPku. Sholatku usai, dilanjutkan dengan Tikpo yang akan sholat, sudah hampir
mulai sholatnya ada mbak-mbak berparas Arab yang cantik menegur kalau arah
sholat Tikpo salah, dia menunjuk tanda panah di atas, menempel di atap ruangan.
Uh, I said thanks to her and realized kalau aku juga salah kiblat tadi, tak
apalah, aku tak tahu sehingga aku tak mengulang sholatku. Karena itu, mulai
saat itu setiap akan sholat, kami memastikan sampai setiap sudut untuk
menemukan arah kiblat.
Jam 5 sore, kami beranjak
keluar untuk menuju tempat pertunjukan Song of The Sea. Sebelumnya, kami coba
masuk toko permen yang cukup terkenal di sini, Candylicious. Beli beberapa
permen dan cokelat yang unik dan menyempatkan foto di depan tokonya yang unik
juga, nuansa serba permen. Cantik.
Song of the Sea, voucher yang sudah di tangan
kami tukar ke tiket fisik di dekat Waterfront Station. Untuk ke tempat SOS kami
perlu naik Sentosa Express lagi menuju Beach Station. Waktu itu pertunjukan
belum akan mulai, penonton pun belum dipersilakan masuk sampai satu jam sebelum
pertunjukan mulai.
Song of the sea adalah
pertunjukan Laser, Water, dan Firework. Laser dan Water dibuat sedemikian rupa
mengikuti alur cerita. Song of the sea bercerita tentang anak-anak nelayan yang
bernyanyi di pinggir pantai yang kemudian membangunkan makhluk-makhluk laut
dengan kekuatan magisnya. Cukup seru untuk ditonton!
Singapore menyediakan
beberapa atraksi gratis setiap harinya, dua dintaranya adalah Crane Dance dan Lake of Dreams yang keduanya berada di Sentosa Island dan
dua-duanya berada di Waterfront Station. Pertunjukan Crane Dance jam 21.00 dan
Lake of Dreams jam 21.30. Waktu yang bagus dan tepat. Setelah SOS kami langsung
meluncur kesana. Agaknya kami kurang beruntung, tidak ada pertunjukan Crane
Dance hari itu, mungkin sedang maintenance. Tapi tak masalah, masih ada Lake of
Dreams. Seperti OCBC Garden Rhapsody, ini adalah pertunjukan cahaya menari
nyala redup mati mengikuti irama musik. Tak terlalu wow sih, tapi okelah untuk
ukuran atraksi tanpa bayar.
Itinerary hari ketiga kami
adalah keliling Sentosa Island. Dengan rute yang sama kami sampai di Sentosa
Station untuk naik Sentosa Express. Sebelumnya kami sedikit coba cari tahu view
dari semacam halaman Vivo City, dan kami menemukan ini.
Menghabiskan waktu di
Sentosa, kami beberapa kali bertemu dengan orang Indonesia. Pertama di halaman
Vivo City ini, sepasang suami istri dengan anaknya yang masih kecil. Disini
kami minta saling foto.
Tujuan kami di Sentosa Island
hari itu adalah SEA Aquarium, yang
katanya aquarium terbesar di Asia Tenggara. Masuk kesini mau nggak mau aku
membandingkannya dengan Sea Worldnya Indonesia~ hehe. Sebenarnya aku kurang
suka laut dan ikan-ikan di dalamnya, tapi berkunjung kesini cukup menyenangkan
kok. Yang berkesan ya pertunjukan Typhoon dimana kita masuk ke suatu ruangan
dengan layar besar kemudian duduk di kursi panjang, sensasi selanjutnya adalah
kita seperti sedang berada di kapal besar yang terobang-ambing di laut karena
badai typhoon yang dahsyat, disertai dengan efek basah gerimis hujan. Desain
SEA Aquarium sungguh unik, setelah tiket di scan oleh petugas, kami masuk
dahulu ke museum yang menceritakan tentang perdagangan laut Asia Tenggara,
jelas ada beberapa budaya Indonesia yang ada di sana. Mengelilingi SEA Aquarium
seperti mengeilingi SEA World dalam versi lebih besarnya.
Setelah keluar dari
pertunjukan Thypoon aku baru sadar kalau museumnya menyerupai bahtera Nabi Nuh
yang mengangkut dan menyelamatkan hewan-hewan dari badai dan banjir besar.
Keluar dari SEA Aquarium,
kami disuguhi museum lagi. Ada yang menyedihkan di sini, di bagian musik lagu
rasa sayange yang kita tau dari Indonesia, diklaim berasal dari Malaysia. Dan
lagu Bengawan Solo atau Gambang Suling (lupa) berasal dari Palembang,
Indonesia. Indonesianya sudah benar, tapi bukankah itu lagu Jawa? Ah,
sepertinya yang bikin SEA Aquarium kurang riset. Blunder yang fatal.
Sebelum mengunjungi SEA
Aquarium, kami keliling Sentosa Island dan menyicip beberapa atraksinya.
Pertama, kami penaaran dengan pantai Siloso yang terkenal itu, maka kami turun
di Beach Station kemudian naik kereta gratis yang mengantar ke beberapa beach
di sana, yaitu Palawan, Tanjung, dan
Siloso.
Next attraction is Sky Ride and Sky Ludge, we bought the
tickets on the spot. Permainan ini bikin nagih awalnya kita naik ke atas bukit
dengan semacam kereta gantung terbuka (Sky Ride) kemudian turun dengan meluncur
(Sky Ludge). Sebenernya ingin lagi, tapi terlalu sayang untuk mengeluarkan 13
USD lagi~~
Penasaran dengan Imbiah
Lookout, usai Skyride and Ludge kami naik shuttle bus Sentosa yang juga free
menuju ke Imbiah Station. Di Imbiah ternyata banyak spot-spot unik yang perlu
di abadikan, ada juga patung merlion yang super besar. Yap, patung kepala singa
itu nggak cuma ada di Marina Bay, di Sentosa juga ada, yah walaupun tanpa air
mancur dari mulutnya.
Usai puas mengelilingi Sentosa Island, kami segera meluncur
ke Garden by The Bay untuk menyaksikan OCBC Garden Rhapsody dan Light Water
Show di Marina Bay setelahnya. Semuanya free. Pemerintah Singapore benar-benar
memanjakan wisatawan. Banyak sekali atraksi yang bisa kita nikmati secara free.
Apalah artinya Singapura, negara kecil tanpa kekayaan alam, jangankan view
gunung yang adem, pantai bercoral indah pun tak ada di sini. Justru karena
itulah kita bisa melihat betapa hebatnya manusia-manusia Singapore, negeri
kecil tanpa keindahan alam, disulap menjadi negara modern yang menarik. Sudah
tak terhitung berapa banyak orang Indonesia menghabiskan uangnya kesana~~ entah
untuk belanja habis-habisan atau sekedar menikmati yang gratis-gratis.
Taman-taman didesain superior, akses ke tempat wisata sangat mudah dan modern,
ditambah lagi atraksi light water show yang modern. Selain Song of The Sea yang
bisa dinikmati di Sentosa Island, di Marina Bay kita bisa menikmati Light and
Water Show secara free, cukup cari spot yang pas untuk melihat shownya dengan
jelas. Tiap periodenya, show ini memiliki story yang berbeda-beda, kebetulan
saat saya kesana ceritanya adalah kisah perkembangan seorang anak hingga
dewasa, sangat menarik, yang disayangkan adalah angin saat itu cukup kencang,
jadi air yang tersembur tidak dapat menangkap cahaya laser dengan sempurna
karena hempasan angin. Tapi lagi-lagi saya tidak kecewa, karena show ini free
(saya tidak menemukan file fotonya, maaf mungkin saat itu terlalu interest
menonton shownya). Sebelum kembali ke hotel malam itu, kami menyempatkan untuk
melihat Art Science Museum dan Helix Bridge versi malamnya.
Hari terakhir sebelum berpindah negara, kami berencana
menjelajah icon-icon Singapore, yang bisa kami temukan saat itu di antaranya Orchad
Road, Raffles Place, jembatan Cavenagh, Esplanade dan lain-lain~ termasuk
mencoba uncle ice cream.
Belanja. Berhubung kami menginap di
daerah Bugis, urusan berbelanja kami fokuskan di sini, tidak kemanapun karena
memang kami tidak ada niatan untuk banyak berbelanja sekedar membeli oleh-oleh
sepantasanya saja. Maka kami tidak mengunjungi China Town yang katanya menjual
buah tangan dengan harga miring, yah, kalo oleh-oleh semacam magnet kulkas dan
gantungan kuci, atau kitkat sekalipun di Bugis masih tersedia. Selepas
kunjungan ke Kuala Lumpur, kami menyempatkan mampir ke Mustafa Center karena
rasa penasaran dengan supermarket serba ada itu. Alhasil, dari mampir itu aku
mendapatkan beberapa bros lucu sekaligus menghabiskan SGD pecahan kecil yang
tersisa.
Singapore-Kuala Lumpur PP
Perjalanan
selalu menyenangkan, apalagi dengan kereta Senandung Sutera yang menyediakan
Sleeper Berth. Hihi jarang-jarangkan naik kereta tapi bisa tidur nyenyak.
Kereta api Senandung Sutera milik Malaysia ini memiliki rute Woodlands-Sentral
Kuala Lumpur. Tidak seperti di Indonesia dimana perjalanan dengan kereta
artinya dapat mempersingkat waktu perjalanan, perjalan dengan kereta ini jauh
lebih lambat dibanding dengan bus. Tapi karena kereta ini mulai bergerak tengah
malam, justru ini menguntungkan 11.30 berangkat dari Johor Bahru, 06.00 sampai
di Kuala Lumpur. Hemat biaya menginap 1 malam toh? Kami memulai perjalanan
dengan kereta ini dari Johor Bahru. Alasannya? Biar lebih hemat tentu saja.
Kereta ini menerapkan tarif yang sama meskipun nilai mata uang MYR dan SGD
berbeda. Jadi kalau membeli tiket di Woodlands yang masuk wilayah Singapore
akan dikenai tarif 46 SGD, sedangkan kalau dari Johor Bahru 45 MYR saja. Sangat
jauh bukan bedanya?
Untuk
sampai ke Johor Bahru Sentral, kami menumpang bus Causway Link dari terminal
Quen Street. Terminal ini letaknya dekat Masjid Sultan. Maka kesempatan ini
kami gunakan pula untuk mampir dan sholat di masjid tersebut. Masjid Sultan ini
katanya masjid pertama yang berdiri di Singapore, yah, aku pun tak sempat
melihat dan menemukan masjid lain selama aku di sini. Jangankan masjid, sekedar
prayer room saja jarang, maka jangan heran kalau adzan sulit di dengar di
negara ini. Pernah suatu ketika kami mampir ke Wisma Atria karena Tikpo ingin
mencoba puding Paris Baquette dan mencari prayer room di sini, kami cari
tempatnya berdasarkan review seseorang yang Tikpo dapat dari internet, tapi eng
ing eng, nggak nemu tuh, padahal kami sudah mencari sampai blusukan segala.
Maka kesempatan berkunjung ke masjid Sultan menjadi berharga sekali.
Dari
Queen Street terminal kami naik Causway Link 2 ke Johor Bahru. Sebenarnya ada
satu nama bus lain yang bisa kita naiki untuk sampai Johor, tapi berdasarkan
tanya-tanya di tempat, CW2 masih lebih baik. Selain lebih murah, karena cuma
2,5 SGD jumlah bisnya juga lebih banyak, jadi nanti tak perlu antri lama saat
keluar dari imigrasi Singapore. Itulah kenapa antrian CW 2 lebih mengular
dibanding bus satunya lagi. Check poin (imigrasi) Singapore terletak di
Woodlands, karenanya setelah sampai di sini semua penumpang harus turun dengan
seluruh bawaannya untuk mendapat stempel imigrasi untuk kemudian mengantri lagi
naik bus CW2 yang belum tentu sama. Tak perlu khawatir kita tak perlu membayar
tiket lagi meskipun naik bus yang berbeda, cukup antri di line CW dan tunjukan
tiket, maka kita bisa melanjutkan perjalanan dengan bus itu. Pemberhentian
selanjutnya ada Imigrasi Malaysia di Johor Bahru, lagi-lagi setiap penumpang
harus turun. Kalau proses imigrasi sudah selesai, penumpang yang akan
melanjutkan ke terminal bis Larkin, silakan naik bus kembali sedangkan yang
akan melanjutkan perjalanan dengan kereta dari Johor Bahru Sentral seperti
kami, cukup menyebrang saja dengan berjalanan kaki karena letak Stasiun Johor
Baru memang terletak di seberang kantor Imigrasinya.
Ada
waktu menunggu beberapa jam sampai 11.30 kami gunakan untuk makan di KFC dan
berjalan mengililingi JB Sentral sambil melihat kota Johor dari dalam station.
Tak seperti Stasiun Gambir atau Senin yang selalu ramai, JB Sentral terlihat
sepi. Mungkin karena jumlah kereta yang lewat sini sedikit kali ya, mungkin juga
karena kereta bukan transportasi utama di dua negara ini. Mungkin. Yang unik
lagi Tikpo mecoba kursi pijat yang disediakan di ruang tunggu, dengan
memasukkan satu lembar 1 MYR, mesin pijat otomatis akan bergerak selama
beberapa menit. Tikpo tampaknya ketagihan dan memasukkan lebar MYR lainnya.
Hehe. Aku sendiri tak mencoba, karena membayangkannya saja sudah geli.
Jam
11.30 tepat, kami sudah berada di atas kereta Senandung Sutera~~ untuk kereta
tidur ini ada 2 kelas. 1st kelas dengan harga yang lebih mahal dan
fasilitas lebih baik tentunya. 2nd class dengan harga lebih murah
dengan fasilitas standar tapi nyaman. Sleeper berth yang 2nd class
ada dua juga, atas dan bawa, yang bawah lebih mahal 6MYR daripada yang atas, saya
sendiri ingin mencoba Sleeper Berth atas dan Sleeper Berth bawah, maka saat
berangkat saya membeli tiket yang atas, saat pulang saya mencoba yang bawah.
Sleeper Berth bawah lebih luas dari yang
atas. Ternyata saya lebih cocok sleeper berth yang atas, tidurnya lebih
nyenyak. Hehe.
Saat kembali ke Singapore~~ kami membeli tiket langsung ke Woodlands karena
memang chargenya dalam MYR, jadi akan sama baik turun di Johor maupun Woodlands.
Kuala Lumpur
Kurang
lebih pukul 7 am kami tiba di KL Sentral. Perjalanan dengan Senandung Sutera
saat itu benar-benar nyaman. Aku sendiri sama sekali tidak terbangun sejak
perjalanan dimulai hingga tiba di stasiun terakhir. KL Sentral adalah pusat
transportasi di Kuala Lumpur, mau naik kendaraan apapun, bisa dari sini. LRT,
KTM, KLIA Express atau Transit, Bus ke KLIA, bahkan Monorail. Khusus untuk
monorail, kita perlu untuk sedikit keluar dari KL Sentral menuju Stasiun
monorail.
Aku
ingin membahas sedikit tentang KL Sentral yang mungkin bukan sekedar stasiun
biasa. Poin pertama yang membuat aku iri pada negara tetangga ini. KL Sentral
ini superlengkap, benar-benar menfasilitasi traveler yang mungkin hanya akan
keliling Kuala Lumpur tanpa menginap. Lihat saja, shower room berbayar 5 RM
serta Storage room yang juga berbayar tersedia di sini. Aku menggunakan
fasilitas ini di hari kedua setelah check out hotel dan ingin keliling KL di
hari kedua kami di sini, sambil menanti Kereta Senandung Sutera kembali ke
Singapore tengah malamnya. Akses untuk ke kota lain di Malaysia pun bisa dari
sini, sebut saja Penang atau bahkan Hat Yai di Thailand bisa ditempuh jalur
darat dengan kereta Senandung Langkawi. Selain fasilitas-fasilitas tersebut,
ada juga money changer, kedai-kedai makanan macam KFC atau lainnya, ada pula
Choc Boutique, tempat favoritku membeli cokelat!
Jenis
Transportasi di Kuala Lumpur lebih variatif, itulah sebabnya aku ingin mencoba
keseluruhan jenisnya.
Pertama,
Monorail. Ini transportasi pertama yang kami coba. Untuk naik monorail ini,
kami harus sedikit keluar dari KL Sentral menuju station Monorailnya. Dengan
membayar 2,1 RM kami naik monoral sampai station Bukit Bintang untuk menuju
hotel yang sudah kami booking. Al Jafs. Turun dari monorail kami buta arah,
akhirnya kami putuskan untuk naik taksi sampai hotel. Yang lucu, kami sempat ditawarkan
mampir sana sini, tapi kami tolak karena lelah. Dan, karena tak punya RM
pecahan kecil, waktu itu kami bayar pakai rupiah sekian RM plus 20.000 rupiah
kalau tak salah.
Setelah
check in dan sedikit melepas lelah, kami mulai petualangan hari itu dengan
mengunjungi Batu Caves. Ternyata, Al Jafs hotel terletak dekat dengan halte Ain
Arabia, halte yang di lewati Go KL. Go KL adalah shuttle bus gratis yang
disediakan pemerintah Malaysia untuk memfasilitasi turis maupun warga lokal
yang ingin mengeliling Kuala Lumpur dan singgah dibeberapa icon Kuala Lumpur,
misalnya KLCC, KL Tower, MATIC, Pavillion Mall, Petalling Street, Pasar Seni
dan lain-lain. Saat pertama kali kesana terdapat dua jalur yaitu purple line
dan green line, tapi kabarnya saat ini ada dua jalur tambahan yaitu red line
dan blue line. Sayangnya, dua minggu lalu kami kesan, tidak sempat mencoba
jalur ini J
Untuk
mencapai Batu Caves kami naik Go KL sampai Pasar Seni, dilanjutkan menuju KL
Sentral dengan LRT. LRT ini transportasi favoritku selama di KL, selain murah
kemana-manapun lebih mudah. Untuk one way dari Pasar Seni ke KL Sentral cukup
membeli token di mesin dengan memasukkan uang 1 RM. Token berbentuk koin
plastik warna biru. Saat masuk ke platform cukup tap koinnya, saat keluar pun
tinggal masukkan koin ke mesin sehingga pintu bisa terbuka. Setelah LRT, kami
naik KTM, semacam kereta untuk jarak yang sedikit jauh. Tiket ke Batu Caves
kami beli dengan harga 2 RM. Sangat murah J
Banyak
pejalan merekomendasikan Batu Caves untuk dikunjungi saat melawat ke Kuala
Lumpur. Sayangnya, aku terlalu berekspektasi tinggi akan tempat ini. Batu Caves
adalah tempat ibadah umat Hindu, suasana India kental sekali disini. Yang
menarik dari Batu Caves, menurutku hanya 2 patung super besar ini selebihnya
biasa saja. Bahkan aku sedikit menyesal karena telah naik ke tangga yang
tinggi, tapi tak ada yang wah di atasnya. Aku akan merekomendasikan tempat ini
untuk dikunjungi, tapi sampai batas patung-patung itu saja tidak naik ke
tangganya.
Karena
kelelahan di Batu Caves, kami mengurungkan niat untuk ke Putrajaya, sentral
pemerintahan di Kuala Lumpur yang katanya memiliki gedung-gedung yang menarik,
sambil berharap ada kesempatan berkunjung kesini lagi.
Selanjutnya
agenda kami setelah Batu Caves, dan hari selanjutnya mengunjungi beberapa
tempat familiar di Kuala Lumpur diantaranya Petronas, Central Market, Masjid
Negara, Masjid Jamek, Dataran Merdeka, Petalling Street. Semuanya bermodalkan
bis Go KL dan LRT.
Traveling membuat kita
lebih mengenal partner traveling kita-- Tikpo adalah tipikal orang yang mempersiapkan
segala sesuatunya secara detail. Bahkan hanya untuk urusan itinerary, dia
pikirkan masak-masak.
Traveling bukan hanya
soal melepas penat— Banyak hal positif diluar refreshing yang kita dapat
dari traveling. Selain lebih memahami budaya local diluar daerah kita, kita
bisa menjadi pribadi yang lebih berani, lebih ingin tahu, lebih siap menghadapi
segala kemungkinan.
Apapun tujuannya,
traveling selalu membuat ketagihan—entah yang traveling untuk sekedar
belanja, untuk mencicip seluruh transportasi Negara lain, untuk berfoto di
landmark suatu Negara, yang jelas, traveling selalu mengasikkan.
Mengenalkan Indonesia
dengan traveling—traveling membuat kemungkinan kita untuk berkomunikasi
dengan orang lain semakin besar. Contoh kecilnya, kami bertemu Mr. James dari
Jepang yang sedang traveling dengan istrinya selepas masa pensiunnya tiba,
dalam obrolan kami tak lepas kami memperkenalkan Jakarta karena ternyata Bali
masih lebih terkenal dibanding Jakarta.
Depok, 7 Desember 2014-
31 Agustus 2015
@juwitanyairma
Catatan yg super kak...
ReplyDeleteIbu rencana juga mau nginep di al jafs...masukan bagus sekali.
Boleh bagi ceritanya lagi, agar ibu nnti ngetripnya bisa optimal waktu..efektif efisien..mksih.
Hai bu. Terimakasih sudah menyempatkan mampir ke blog saya. Sudah lama sekali saya nginep di Al Jafs :) kalau ibu pertama kali ke KL mendingan langsung naik taksi saja dr sentral KL supaya ndak bingung cari hotelnya. Nah, kalau sudah di hotel bisa kemana-mana naik Go KL bu, bus gratis buat keliling KL, karena haltenya sangat dekat :)
Delete