Kamis, 13 Agustus
2015
Fokus perjalanan kami hari ini adalah wisata sekitar Chao
Phraya River. Dengan memanfaatkan transportasi massal berupa Boat yang
beroperasi di sepanjang sungai Chao Phraya kita dapat mengunjungi beberapa
tourist spot di Bangkok.
Jam 10 pagi kami keluar hostel berjalan kaki menuju Phra
Atit Pier (N13), dermaga terdekat dari hostel. Tujuan pertama hari itu adalah
Grand Palace. Di dermaga, kami membeli tiket di loket (bentuknya sih hanya seperti
meja registrasi yang dijaga seorang ibu-ibu). Catatan, banyak jenis boat yang
lewat dermaga ini, masing-masing ditandai dengan warna benderanya. Awalnya, si
ibu penjaga loket menawarkan kami boat berbendera biru yang memang khusus turis
dan berhenti hanya di spot wisata Bangkok dengan harga tiket 40 baht tapi kami
menolak, karena berdasarkan informasi yang kami dapat, dari N13 menuju dermaga
N9 bisa naik boat bendera orange dengan harga tiket yang lebih murah. Dengan
membayar 15 baht perorang akhirnya tiket orange flag boatnya udah ditangan.
Lumayan juga kan selisihnya? Ternyata, nggak harus beli tiket sebelum naik
boat, membayar di atas boat pun nggak apa karena nanti akan ada kondektur boat
(yang rata-rata perempuan) nagihin uang tiket~~
Beli tiketnya di ibu-ibu berbaju orange, rata-rata yang ada di sini nunggu blue flag boat :) |
Tiket minimalis |
Phra Atit Pier (N13) |
Perjalanan dengan boat untuk lintas sungai di dalam kota
adalah hal baru bagiku. Makanya mencoba boat menyusur Chao Phraya menjadi hal
yang menarik selama di Bangkok, apalagi aku memang doyan menjajal segala jenis
transportasi.
Nggak sampe 15 menit boat sampai di dermaga N9. Jangan
khawatir, banyak orang turun di sini kok, penjaganya juga bakal teriak ‘Grand
Palace~~ Grand Palace’ karena memang yang turun di sini kebanyakan mau ke Grand
Palace. Keluar dari dermaga N9, kami di sambut dengan penjual-penjual makanan,
dari mulai yang berat sampe penjual buah. Kami yang memang belum sarapan
berniat beli makanan di situ, tapi agak nggak yakin sama kehalalannya, jadi ya
cuma beli buah aja. Untuk masuk ke Grand Palace, cukup cari pintu gerbang yang
paling gede. Dan itu cukup lurus aja dari arah dermaga. Kalau bingung, tanya
aja police disitu, ada polisi standby di ujung jalan kok
Deretan pedagang di depan dermaga N9 |
Pintu masuk Grand Palace |
Grand Palace buka tiap hari ya sodara-sodara |
Nggak tau hari itu doang atau memang setiap hari ya. Tapi
yang jelas, Grand Palace hari itu padettttt bangeeeettt bahkan sampe Tikpo
mikir mungkin hari ini gratis kali ya, karena kemaren ulang tahun Ratu, jadi
visitornya membludak. Aku sih ngarep begitu. Haha. Tapi enggak tuh, tetep bayar
500 baht buat tiket masuknya. Tiket itu udah include tiket Vimanmek Mansion dan
The Pavilion of Regalia. Jadi kalau punya waktu silakan berkunjung kedua tempat
itu tanpa bayar tiket lagi. Setelah membeli tiket, kita harus mengantri di
pintu masuk. Antrian hari itu super sekali, rata-rata turis yang datang adalah
turis China. Mungkin bagi mereka, kunjungan ke Grand Palace sekalian buat
ibadah juga kali ya.
Dress code-nya Grand Palace |
Antrian hari itu~~ |
Awal masuk ke Grand Palace, kita akan di sambut dinding
sejarah Grand Palace. Dulunya, Grand Palace adalah pusat pemerintahan sekaligus
tempat tinggal raja, tapi sekarang sepertinya Raja sudah tidak tinggal di sini
sehingga tempat ini murni menjadi tempat wisata di Bangkok. Tapi, sampai
sekarang Grand Palace masih menjadi tempat ibadah umat Budha terutama karena terdapat
Wat Phra Kaew yang didalamnya berdiri The Emerald Buddha.
Sebenernya, ada tour gratis yang disediakan untuk keliling
Grand Palace pada jam-jam tertentu. Tapi saat kami tiba, sepertinya nggak tepat
jamnya tour gratis, jadi ya tour kami hanya dipandu kemana kaki melangkah plus
peta yang bisa diambil di dekat pintu masuk.
mbak-mbak yang lagi gaya itu bukan diriku yaa~~ |
Emas (?) dimana-mana |
ini aku~ gayane standar |
Suka banget sama warna bagunan itu~ namanya? |
Jika salah satu blogger pernah cerita di blognya bahwa dia
pernah melihat seorang bule mengambil foto di Wat Phra Kaew yang notabene
camera forbidden, jangankan ambil foto, pake topi atau sunglasses aja dilarang
di kuil ini. Bule itu ketahuan dan disuruh menghapus fotonya. Cerita itu
terjadi padaku, cuma karena iseng aku ambil hape kemudian jeprat-jepret di
daerah terlarang, padahal aku dengan sangat jelas baca aturan no pic, no hat,
sama no sunglasses. Terang aja aku di dekati petugas, dan reflect aja aku
bilang ‘I’ll delete these pictures’. Rasanya seperti melakukan dosa besar and
yes, I’m not a good traveler. Jadi jangan ditiru tindakan yang satu ini ya,
selain malu-maluin diri sendiri juga malu-maluin Indonesia. Ada nilai lebih
dari sekedar foto jika kita bisa menahan keinginan untuk melanggar aturan itu.
Belajar toleransi. Saat itu memang Wat Phra Kaew sedang digunakan untuk
beribadah umat Buddha, bagi kami yang tidak ingin beribadah dipersilakan untuk
melihat tanpa menganggu. Jadi, tolong jangan dicontoh ya~~ aku aja kapok dan
janji nggak akan ngulangin lagi!! Dimana pun!!
Butuh waktu kurang lebih 4 jam sampai kami puas keliling
Grand Palace dan itu pun sepertinya belum muter sampai detail-detailnya. Jam 2
lebih kami meluncur ke Wat Pho. Dari Grand Palace menuju Wat Pho cukup jalan
kaki aja. Rutenya, dari gerbang utama Grand Palace jalan ke arah dermaga N9
nanti di depan dermaga belok kiri, jalan aja terus nggak sampe 15 menit udah
kelihatan kok Wat Phonya.
Sebelumnya kami sempatkan mampir ke Sevel depan Grand Palace untuk membeli makan siang. Awalnya kami bingung mencari yang halal disitu sampai kemudian ada seorang pria berseragam menunjuk sesuatu. Oh, rupanya ia memberitahu kami keberadaan burger yang halal. Nggak pikir lama, kami beli dan makan siang dengan itu. Thanks to him karena untuk selanjutnya kalau kepepet kami selalu mencari burger serupa di Sevel.
Di Wat Pho, apalagi yang mau dilihat selain Reclining
Buddhanya. Jadi memang, yang kami lakukan di sini hanya masuk ke kuil yang yang
ada Reclining Buddhanya, sebentar lihat sekeliling kuil terus udah. Hehe.
Bentuk kuilnya mirip-mirip dengan yang Grand Palace tadi. Masuk ke Wat Pho
cukup membayar 100 baht untuk tiket dan air mineral gratis.
Foto standar di Wat Pho. Best spot, jadi harus antri kalo mau foto di sini. |
Ada yang unik di kuil ini. Jadi setelah kita menyelesaikan
rute mengelilingi Reclining Buddha, ada semacam counter yang jual koin, nanti
koin itu dimasukkan ke dalam mangkuk-mangkuk yang berjejer tanpa dihitung
jumlahnya. Entah apa maksudnya, aku sih nggak mencobanya. Hehe.
Mangkok dan koin. Ada yang tau artinya? |
Nggak sampai satu jam kami keluar dari Wat Pho untuk menuju
ke Wat Arun. Dari Wat Pho cukup jalan ke dermaga N8 karena disitu ada boat
khusus menyeberang ke Wat Arun. Di perjalanan menuju dermaga kami berhenti di
sebuah kios oleh-oleh untuk beli fridge magnet. Dengan kemampuan menawar yang
buruk, kami mendapat harga 40 baht untuk tiap buahnya. Di dekat situ ternyata
ada penjual Banana Pancake berjilbab dan kios makanan halal, tapi karena kami
sudah makan burger Sevel jadi ya lewat aja~~
Banana pancakenya menggoda~~ |
Ada yang menarik dikit, pasti mampirnya. |
Untuk naik boat menyebrang ke Wat Arun, cukup membayar 3
baht aja, dan menunggu di dermaga yang berbeda dengan dermaga untuk boat umum.
Masuk ke halaman Wat Arun kami bertemu rombongan keluarga dari Banjarmasin,
mereka perempuan semua baru tiba tadi pagi di Bangkok. Karena Wat Arun sedang
renovasi (sedang dicat ulang tampaknya) kami urung untuk masuk, demikian pula
keluarga Banjar. Akhirnya kami hanya duduk-duduk aja di halaman Wat Arun.
Catatan: untuk masuk ke Wat Arun harus membayar tiket seharga 50 baht. Karena
sudah masuk waktu Ashar dan memang tadi belum sholat Dhuhur. Tikpo, Mba Anis
dan Hesty bersama si Ibu keluarga Banjar mencari prayer room di
sekitar situ, aku yang lagi nggak sholat bertugas jaga bawaan mereka. Ternyata,
nggak ada prayer room di sana sampai akhirnya mereka mohon izin penjaga untuk
bisa sholat di salah satu pojok halaman. Iya dong, dimanapun bagaimanapun
sholat harus tetep dijalankan!
Boat nyeberang ke Wat Arun |
Wat Arun was under renovation that time, jadilah kami urung masuk :) |
Asiatique tampaknya baru ada sekitar tahun 2012. Jadi tempat
ini masih tergolong baru di Bangkok. Konsep Asiatique menurutku adalah pusat
perbelanjaan yang dikemas seperti pasar malem modern. Jadi ya sebenernya,
Asiatique adalah alternatif lain wisata belanja di Bangkok. Tapi yang emang
nggak niat belanja macam diriku, menikmati suasana Asiatique aja udah jadi hal
yang menarik kok. Selain belanja, ada beberapa atraksi yang ada di sini,
diantaranya pertunjukan cabaret Calypso yang mungkin sudah familiar, ada pula
ferris wheel yang tentu saja dengan biaya extra untuk menikmatinya. Kalau
tujuan utama kami kesini ya cari makan. Haha. Kabarnya di dekat gerbang
Asiatique ada resto halal bernama ‘Sophia’, tapi sayangnya kami sudah cari sana
sini, keliling sana sini, tanya sana sini, bahkan di peta, nggak ada tuh resto
Sophia. Akhinya kami cari aja resto halal lain dan yang ada cuma kebab. Karena
agak males makan kebab, kami putuskan untuk makan KFC aja, adanya diujung
paling belakang Asiatique. Jauh-jauh ke Asiatique ujung-ujungnya KFC juga~~
Pasar Malem Modern |
Selesai urusan makan malam, niatnya kami langsung cabut
ngejar orange flag boat balik ke hotel karena katanya cuma sampe jam 7. Tapi
dasar yaaa~~ perempuan, liat benda unik dan murah dikit nggak bisa kalo nggak
berhenti, nggak bisa kalau nggak beli. Jadi kami nemu kios yang jual barang-barang
yang cocok buat oleh-oleh sahabat macam dompet-dompet kecil corak gajah, murah
banget!! Dan kebetulan lagi, si abang penjual bisa bahasa Indonesia!! Hoho
Indonesia belanja dimana-mana rupanya~~
Harga murah dan yang jual bisa bahasa Indonesia. |
Tao Kae Noi sama Pockynya lumayan lengkap disini. |
Kertas-Kertas-Kertas. Semuanya kertas. |
Nggak lama jalan lagi, kami nemu toko yang jual makanan unik
yang dijual grosir, mau nggak mau ya berhenti lagi~~ hoho. Mungkin keluarga
Banjar bete kali ya ngikutin kita. Disitu aku dan yang lain beli Tao Kae Noi
dan Mba Anis beli pocky greentea. Tenang, semuanya berlogo halal Thailand.
Akhirnya jam 7 lebih kami baru sampai ke dermaga tempat
nunggu free shuttle balik ke Satorn Pier. Tapi ya gitu, liat langit pas bagus
warnanya ditambah lampu-lampu Asiatique disempetin foto-foto dulu dong~~
Langitnya bagus!! |
Mungkin jam 7.30 kami baru benar-benar meninggalkan
Asiatique dan ketinggalan orange flag boat adalah kepastian. Bener aja, pas
sampe di Satorn Pier dan nanya orange flag boat ke N13 masih ada atau nggak,
petugasnya bilang udah nggak ada dan kami disuruh naik yellow flag boat dan
turun di N12 karena nggak berhenti di N13. Baiklah kami ambil resiko aja, kalau
pun N12 jauh dari Rambuthri Soi toh kita masih bisa naik taxi lagian kami masih
ingin naik boat karena ingin lihat Wat Arun yang katanya bagus pas malem ~~
Wat Arun memang lebih cantik pas malem |
Ngomong-ngomong
soal boat, ada cerita di boat tadi siang yang nunjukin bahwa lagi-lagi Biksu
bener-bener dihormati di negara yang mayoritas beragama Budha. Waktu naik boat
untuk nyeberang dari Wat Arun ke N8, aku dan yang lain dan beberapa orang yang
menurutku sudah sepuh duduk di bangku~~ sampai kemudian ada 3 Biksu naik dan
masih muda. Orang sepuh tadi reflex berdiri dan kasih bangkunya untuk
Biksu-biksu tadi, Si Biksu sempat nolak tapi dipaksa sama si sepuh. Dan
ternyata lagi, Biksu yang bener-bener Biksu akan menjaga dirinya dari
bersentuhan dengan lawan jenis (perempuan). Ini aku perhatiin saat naik boat
dari N8 ke Satorn Pier, waktu itu jam pulang kerja sepertinya jadi boat agak
berdesak-desakan. Waktu aku naik, ada Biksu yang berdiri di pojok boat dan
berusaha mati-matian agar dirinya tidak menyentuh perempuan ditengah desakan
itu. Salute!
Boat bendera kuning tarifnya 20 baht untuk sekali jalan ya,
sedikit lebih mahal dari yang orange. Waktu itu aku duduk di sebelah Key,
wanita Thailand yang aku ajak ngobrol saat itu. Aku iseng aja nanya-nanya soal
nama bangunan di sepanjang perjalanan. Dan dia sangat welcome loh, makanya aku
nggak sungkan nanya rute dari N12 ke hostel dengan nunjukin peta hostel yang
aku bawa. Ternyata dia juga turun di N12 dan jelasin arah dari situ ke hotel,
dia bilang dari N12 kami harus nyeberang dulu lewat jembatan lalu jalan ke arah
N13 dan ikutin jalan ke hostel seperti tadi pagi katanya kalau terasa kejauhan
lebih baik naik taksi~~ Ok. Terimakasih Key!
Ini nih yang namanya beruntung. Dengan turun di N12 yang
mengharuskan kami menyeberang jembatan, kami malah nemu Night View Chao Phraya
River yang super keren~~ dan lagi, jarak N12 ke hostel ternyata nggak jauh kok.
a Hello from Chao Phraya River!! |
Akhirnya setelah menunjukkan jalan ke Khaosan Road dari
ujung Soi Rambuthri, kami pun berpisah dengan keluarga Banjar dan berharap
besok bisa ketemu lagi karena kami sama-sama berencana ke Madame Tussauds besok~~
Pengeluaran Hari Ke-4
Kegiatan
|
Biaya
|
Rupiah
|
Tiket Grand Palace
|
500 baht
|
200500
|
Tiket Wat Pho
|
100 baht
|
40100
|
Boat
|
36 baht
|
14436
|
Lunch Sevel
|
55 baht
|
22055
|
Jajan di jalan
|
20 baht
|
8020
|
2 fridge magnet di Wat Pho
|
80 baht
|
32080
|
2 fridge magnet di Asiatique
|
50 baht
|
20050
|
Tao Kae Noi di Asiatique
|
107 baht
|
42907
|
Dinner KFC
|
97 baht
|
38897
|
Total
|
Rp419045
|
No comments:
Post a Comment