Wednesday 9 September 2015

Overland Trip Ala-Ala Hari Ke-2 Kuala Lumpur- Siem Reap (Angkor Wat Tour)

Selasa, 11 Agustus 2015

Flight pagiku ke Siem Reap tampaknya delay sampai 30 menit. Jam 7.30 pesawat baru take off, sempat khawatir juga karena udah minta di jemput jam 8 di bandara. Penerbangan KUL-REP AK 542 makan waktu 2 jam, alhasil 8.30 kami baru landing di Bandara Siem Reap (catatan: waktu Siem Reap sama dengan WIB, lebih lambat 1 jam dari Kuala Lumpur).
Welcome to Siem Reap International Airport! Bandaranya sepiiiii~~ aku sukaaaa.
Jarang banget ambil foto pasca landing, ini semua karena Bandaranya sepi~~
Nggak seperti border-border yang pernah aku temui, imigrasi di Bandara Siem Reap ini agaknya lebih bebas. Buktinya banyak orang yang dengan bebas ambil foto di daerah yang biasanya camera forbidden ini, aku pun ikut-ikutan. Haha.
Dokumen imigrasi yang harus diisi, udah dikasih sama mbak pramugari sejak di pesawat :)
Setelah keluar imigrasi, nggak papa kok ambil foto. Hoho.
Untuk paspor hijau yang bebas visa tinggal antri aja di loket imigrasi. Di pesawat tadi sempet perhatiin ada rombongan keluarga paras Arab, entah dari negara mana pas mau keluar imigrasi mereka harus buat Visa on Arrival dulu tampaknya. Biar pun kecil, Bandara Siem Reap punya jumlah loket yang lebih banyak dari pada Terminal CGK jadi antrinya pun nggak terlalu lama.

Usai selesai urusan imigrasi, kami bergegas keluar airport, mencari namaku di deretan penjemput yang menunggu di luar bandara. Ya, Tanei Boutique Villa, hotel yang akan aku tempati malam ini menyediakan fasilitas free tuk-tuk pick up dari bandara ke hotel. Dari jauh hari di pertengahan Juli aku mengirim email ke Tanei hotel untuk minta di jemput, aku menginformasikan tentang jam tiba di bandara dan no penerbangan yang aku tumpangi. Aku memastikan berulang kali bahwa kami akan tiba di Bandara jam 8am sesuai jadwal di tiket, bahkan pagi hari saat bangun di KLIA2 aku kembali mengingatkan hotel supaya nggak lupa jemput. Maka, keterlambatan 30 menit membuatku sedikit khawatir, nggak enak sama driver tuk-tuk yang jemput kan~~

Nggak lama kami keluar bandara, kami langsung menemukan driver tuk-tuk berkaos biru. Aku langsung menuju si mister dan memastikan bahwa ia dari Tanei hotel. Si Mister tersenyum kemudian meminta kami menunggu karena ia akan mengambil tuk-tuknya di parkiran. Nggak lama ia kembali dengan tuk-tuk hitamnya, driver tuk-tuk yang satu ini ternyata sedikit-sedikit bisa bahasa inggris, bagus buat kami karena siang ini kami merencanakan untuk tour Angkor Wat dengan tuk-tuk. Dengan driver tuk-tuk yang sedikit bisa English, itu menjadi hal yang sangat bagus~~

Komentar Hesti dalam perjalanan ke hotel dengan tuk-tuk adalah Siem Reap kayak di Brebes. Haha. Memang benar, suasana jalanan di sana tak beda jauh seperti pantura saat sepi. Jenis pohon yang kami lihat di sepanjang jalan pun sama.
Mirip Brebes?
Perjalanan Bandara-hotel dengan tuk-tuk ditempuh selama kurang lebih 15 menit. Ah, naik tuk-tuk di Siem Reap bikin nagih.

Ngomong-ngomong soal Siem Reap, sebenarnya kota ini bukanlah kota utama di Kamboja. Aku bahkan baru tahu bahwa Angkor Wat yang terkenal itu adanya di sini, dan bukan di Phnom Penh ibukota Kamboja. Awalnya aku berencana ambil pesawat ke Phnom Penh aja dari Kuala Lumpur dari situ baru naik bis ke Siem Reap dan lain-lain. Tapi lagi-lagi keterbatasan waktu karena dari Phnom Penh ke Siem Reap harus nik bis sampai lebih dari 6 jam, kami menyempitkan pilihan. Hanya mengunjungi Siem Reap dan merelakan Phnom Penh yang sebenarnya memiliki spot menarik lebih banyak. Tapi aku senang, karena si Magnificent Angkor Wat adanya di Siem Reap dan katanya belum ke Kamboja kalo belum menikmati secara langsung keindahan Angkor Wat.

Tanei Boutique Villa kami pesan via booking.com yang menyediakan fasilitas bayar di tempat. Untuk Deluxe Family Room berempat, kami cukup membayar 34,5 USD. Dengan fasilitas yang diberikan, harga ini aku bilang cukup murah. Sampai di hotel, kami bisa langsung check in meskipun waktu itu masih jam 9 pagi. Kami membayar dengan uang 40 USD dan dikembalikan 5 USD dan 2000 riel. Eh? Yap, di Kamboja berlaku dua mata uang USD dan Riel, 1 USD nilainya sama dengan 4000 riel, tentu saja ini membuatku bingung tapi selama disana aku bahkan tak pernah bertransaksi atau dapet kembalian Riel. Hehe. Karena tak punya USD pecahan satuan, maka hanya 2000 riel kembalian tadi lah yang aku berikan untuk driver tuk-tuk sebagai tips. Sumimasen mister~~ Sebelum berpisah dengan si mister yang ternyata bernama Mr. Ratta ini, agak lucu karena sebelum ini aku memintanya mengeja nama dia jawab dan aku dengar seperti ini Ratta- d-o-d-o- Ratta. Ah, dari mana d-o-d-o dibaca Ratta deh? Entahlah karena memang, Kamboja punya huruf sendiri yang aku bilang sih agak mirip dengan Thailand~~ sama-sama mirip cacing. Hehe.
Bisa baca tulisan Kamboja di atas bangunan itu? hehe.
Kami tanya ke Mr. Ratta bisakah mengantar kami siang nanti untuk keliling Angkor Wat? Kata dia, bilang aja ke resepsionis hotel, nanti mereka yang akan menyampaikan ke Mr. Ratta. Oke, got it! Jadi Mr. Ratta sepertinya memang supir tuk-tuk milik hotel yang kayaknya nggak bakal ambil penumpang selain dari hotel ini, kayaknya~~ kalau memang Mr. Ratta driver tuk-tuk resmi hotel kenapa dia nggak dipakaikan seragam hotel aja ya? Tapi, sejauh yang aku liat sih orang-orang Kamboja secara keseluruhan berpenampilan sangat-sangat sederhana, bahkan untuk seragam resepsionis hotelnya hanya memakai setelah hitam putih ala trainee-trainee supermarket Indonesia. Tapi yang jelas, mereka sangat ramah! Mereka selalu menjawab pertanyaanku dengan senyum~~

Usai proses check in selesai dengan cepat, kami di antar ke lantai 2.
           
Hotel ini memiliki 2 bangunan, di depan dan di belakang. Yang di bekang ini sepertinya bangunan baru dengan kamar yang lebih sedikit. Dengan harga yang hanya 34,5 USD permalam untuk 4 orang, kami mendapat beberapa fasilitas yang bisa dibilang lumayan, free breakfast, swimming pool (yang ini kami nggak sempet coba, karena memang lagi males berenang), free tuk-tuk pick up, free wifi yang lumayan cepet, bathroom yang nyaman dengan hot water, free 4 botol mineral water, free toiletries, yah standar-standar hotel lengkap dengan pelayanan ramah. Satu-satunya yang bikin sedikit nggak nyaman tapi masih bisa kami maklumi adalah keran yang rusak puterannya, aku tanya ke resepsionis soal ini dan mereka membenarkan bahwa puteran kerannya memang rusak karena guest sebelum kami. Mereka sudah panggil tukang service, tapi tak kunjung datang~ ah, cuma mereka kasih tau kami cara supaya air bisa keluar, jadi harus ada yang ditarik-tarik gitu deh. Kami maklum lah, yang penting masih bisa tidur dan bersih-bersih dengan nyaman~~

Kami lapar karena memang belum sarapan, kami turun ke bawah menanyakan apakah kami dapat sarapan pagi itu? Mbak resepsionis bilang, jatah free breakfast kami cuma 1 kali karena kami hanya menginap 1 malam. Jadi, kalau mau sarapan pagi ini besok nggak dapet free breakfast lagi. Baiklah mbak, aku kan lapernya sekarang, sarapan besok ya dipikirin nanti aja.

Sarapanku pagi itu ternyata menjadi makanan terenak yang aku makan di Siem Reap? Kenapa? Nanti aja ya sambil jalan dijelasinnya. Hehe. Menu hari itu sederhana tapi enak luar biasa, dan bismillah halal. Nasi goreng, scramble eggs, sosis goreng, pancake, buah-buah, roti bakar sendiri. Lengkap, gratis, dan enak, sayang aku nggak ambil fotonya. Hoho.

Setelah sarapan kami coba book Nattakan Direct Bus untuk ke Bangkok esok hari. Aku sempat tanya via email apakah bisa booking di Tanei? Mereka bilang bisa booking saat kami sampai di hotel. Tapi ternyata, Nattakan Direct Bus untuk besok was fully booked. Ah, menurut rekomendasi pejalan yang sudah-sudah, bus ini adalah bus terbaik untuk perjalanan ke Bangkok. Meskipun lebih mahal, Nattakan Direct Bus adalah satu-satunya yang memastikan bahwa penumpang akan selalu naik bus sampai Bangkok dan tidak pindah ke minivan setelah sampai border. Agak bingung juga waktu itu, tapi hotel merekomendasikan dua nama travel menuju Bangkok Hang Tep Travel dan Virak Buntham travel. Karena kami sering membaca ulasan buruk tentang Hang Tep travel maka kami memutuskan untuk booking yang Virak Buntham. Harga lebih murah yaitu 17 USD untuk sleeper bus dari Siem Reap ke border dilanjutkan minivan ke Bangkoknya dan bus akan berangkat jam 4 pagi, maka kami harus siap jam 3.30 untuk di jemput di hotel~~ ulalaaaa

Selesai bersih-bersih, jam 1 siang kami siap turun ke bawah untuk mulai tour Angkor Watnya. Karena waktu kami terbatas, kami hanya mengambil small route untuk keliling 4 tempat popular di kawasan Angkor Wat yaitu Angkor Wat, Bayon, Ta Phrom sama satu lagi lupa. Untuk rute ini hotel menetapkan tarif 15 USD/tuk-tuk. Opsi lain untuk keliling Angkor Wat adalah sepeda, dan Tanei menyediakan free sepeda selama kita menginap. Tapi buatku, aku lebih suka tuk-tuk!
Motorbike for rent
Tiket untuk one day pass, untuk yang 3 day dan yang seminggu beda lagi loketnya, ada di balik loket ini.
Tiket Angkor Wat. Semacam Identity Card ya!
Seperti aku bilang sebelumnya, perjalanan dengan tuk-tuk itu menyenangkan. Apalagi di Kamboja. Untuk turis seperti kami, masuk ke kawasan Angkor Wat harus membeli tiket terlebih dahulu. Mr. Ratta menurunkan kami sebentar di loket.

Tiket di jual dengan harga berbeda berdasarkan masa berlakunya. 20 USD untuk tiket terusan 1 hari. 40 USD untuk 3 hari dan 60 USD untuk seminggu. Jelaslah kami hanya membeli yang one day pass aja. Bentuk tiketnya semacam kartu gitu lengkap dengan foto kita yang akan di check tiap-tiap masuk ke salah satu kawasan di dalam Angkor Wat.
Ini nih Mr. Ratta. Our tuk-tuk driver selama di Siem Reap.
Bener kata orang-orang, Angkor Wat luasnya pake banget. Pantes aja tiket di jual sampai ada yang terusan satu minggu. Buat traveler yang merangkap sebagai peneliti peninggalan sejarah dunia, mungkin nggak akan cukup waktu seminggu juga buat bener-bener ngelilingin Angkor Wat saking luasnya. Makanya aku lebih rekom buat naik tuk-tuk untuk keliling Angkot daripada sepeda seperti yang banyak dilakuin bule-bule. Kalo buatku yang bukan Candi Lover mah, asal bisa masuk dan ngerasain sedikit suasana Angkor Wat aja buatku udah seneng~~ masalah sejarah dibaliknya aku nggak begitu interest. Ke Candi Borobudur atau Candi Prambanan aja aku nggak akan tau bagaimana asal-usulnya kalau nggak ada di pelajaran Sejarah SD sampe SMA. Hehe. Maap~~ memang nggak terlalu interest sama Sejarah.

Tapi biar gitu, aku tetep bisa nikmatin perjalanan keliling Angkor Wat kok. Aku bisa ngebayangin kalau dulu Angkor Wat adalah kawasan kerajaan yang super besar.

Untuk pertama, Mr. Ratta menurunkan kami di tempat utama, Angkor Wat. Dia tanya, berapa waktu yang kalian butuhkan di sini? Tikpo jawab: 15 menit? Mr. Ratta geleng kepala: Untuk keliling kawasan ini paling nggak kalian butuh waktu 1 jam? Wow~~ kemudian Mr. Ratta kemudian menunjuk tempat dimana dia kan menunggu sementara kami masuk ke kawasan untuk jelajah Angkor Wat.

Nggak seperti mengunjungi Amusement Park, kunjungan ke International Heritage macam Angkot Wat ini mewajibkan kita untuk sedikit riset sebelum berangkat. Nggak kayak aku yang cengo aja liat bangunan super gede, tapi bingung ini bangunan dari kerajaan apa~~ ah, bodohnya aku. Lain kali riset ya! Jadi sepanjang keliling Angkor Wat aku cuma liat-liat kebanyakan heran dan bingung sama arca yang tergambar di dinding Angkor.

Angkor Wat ini dibangun entah jaman apa, sampai sekarang aku masih belum sempet riset. Hehe. Yang jelas bangunanya kebanyakan udah nggak utuh, patung banyak yang hilang kepalanya, tangga-tangga batu udah di alasi kayu karena tangga batunya udah tampak rapuh dan nggak utuh. Tapi secara keseluruhan bangunannya masih asli. Belum kebanyakan renov sana sini.

Kata orang, Sunrise dan Sunset di Angkor Wat itu super sekali. Tapi aku nggak berkesempatan untuk menikmatinya. Apalagi kalau bukan soal waktu, hehe. Lagi pula, saat itu gerimis suka-suka dateng di tengah perjalanan, jadi kalau pun kami ngejar Sunset, belum tentu dapet juga :)
Kayaknya ada kerjasama renovasi entah bagian mananya Angkor Wat dengan pemerintah Jepang
Satu hal yang ingin aku sampaikan adalah jika kalian datang kesini tanpa riset dan memang kepo sama tempat-tempat ini dan ternyata kalian bawa budget berlebih, sangat disarankan untuk minta bantuan guide untuk menjelaskan tentu dengan biaya tertentu ya. Banyak kok guide-guide local yang bisa bahasa inggris atau bahkan melayu yang menawarkan jasanya di area pintu masuk Angkor Wat.

Nggak seperti tempat wisata lain yang pernah aku singgahi, jarang sekali aku temui orang Indonesia disini. Bahkan banyak orang menyangka kami adalah orang Malaysia. Are you Malaysian? Begitu kami selalu disapa. Ah, Malaysia masih lebih dikenal daripada Indonesia ya. Satu-satunya yang bisa langsung menebak kami dari Indonesia adalah oppa-oppa Korea yang kayaknya lagi solo travel. Dia langsung menanyakan bahasa Indonesia dari beberapa kata~~ dan di detik ini hanya Tikpo yang nyambung. Hehe. Hanya satu orang Indonesia yang kami jumpai disini. Seorang bapak paruh baya dari Surabaya yang sepertinya pergi sendiri mengelilingi Angkor hanya ditemani guidenya yang orang melayu dan fasih bahasa Indonesianya. Lagi-lagi awalnya guide yang ramah ini mengira kami dari Malaysia, sebelum kami bilang kami dari Indonesia dan mengenalkan kami pada bapak dari Surabaya. Sang Guide menantang kami untuk naik ke tangga yang kalau dilihat di tiketnya sih namanya Bakan, disitu kami bisa melihat sekeliling Angkor dari atas and yes, we accepted his challenge.
Tangganya lumayan curam deh.
Naik turun tangga ini ternyata bikin Tikpo bener-bener capek. Kalau udah kecapekan, dia bakal bete dan langsung nggak mood jalan-jalan. Haha. Kalau aku sih masih semangat-semangat aja. Nggak lama turun dari situ, kami memutuskan untuk langsung aja ke next destinasi. Begitu kami keluar pintu Angkor, Mr. Ratta sudah siap di depan dengan tuk-tuk hitamnya.

Beberapa menit perjalanan dengan tuk-tuk, kami sampai di Bayon Temple. Tikpo yang sudah lelah dan kami yang memang sudah sedikit hilang interest karena Bayon temple kelihatannya mirip dengan Angkor Wat mambuat kami akhirnya mutusin buat foto Bayon temple dari jauh aja dan nggak explore masuk-masuk ke dalem. Hehe. Keliatan banget bukan ‘heritage traveler’ ya? Biarin, yang penting kan tetep bisa nikmatin perjalanan kan.
Bayon Temple
Jalan yang seharusnya ditempuh, tapi~~
Mr. Ratta menyarankan kami untuk berjalan sepanjang bangunan itu karena di sekitarnya ada candi-candi kecil yang mungkin menarik. Tapi kami langsung menolak dan meminta untuk langsung mengantar kami ke Ta Phrom aja.
Bukan Ta Phrom!
Di tengah perjalanan, Mr. Ratta menurunkan kami di sini. Ini Ta Phrom? Kok beda ya sama gambar-gambar yang kami lihat di internet. Sudahlah nikmati aja dulu~ haha. Puas kami naik lagi ke tuk-tuk kemudian Mr. Ratta bilang akan mengantarkan kami ke Ta Phrom. Oh jadi tadi bukan Ta Phrom? Haha pantes beda. Aku juga akhirnya nggak nanya yang ini namannya apa~ biarkanlaah~~

Untuk sampai ke Ta Phrom ternyata kami harus melalui jalanan dengan berjalan kaki. Haha. Tambah betelah Tikpo yang udah lelah itu. Kami diberikan dua pilihan oleh Mr. Ratta akan bertemu lagi di titik awal atau bertemu di seberang bangunan? Tikpo tanya: apa jauh? Kata Mr. Ratta sih jauh makanya kami memutuskan untuk ketemu disitu lagi aja.

Sampai di ujung jalan aku menemui sebuah bangunan candi yang agak ramai, tapi aku nggak menemui dimana Ta Phromnya. Oia, Ta Phrom itu terkenal karena jadi salah satu setting film Angelina Jolie, Tomb Rider. Aku sendiri suka dengan suasana tempat ini. Banyak pohon dengan bentuk akar-akar yang unik dan berumur, keren aja menurutku. Aku mungkin sedikit betah kalau akan berlama-lama di sini, ditambah lagi belum ketemu Ta Phrom yang fenomenal itu, jadi tambah sayang kalau nggak explore tempat ini secara keseluruhan.

Tapi Tikpo udah sangat lelah tampaknya, moodnya udah jelek dari tadi. Dia ngambek dan ngacir duluan ke tempat Mr. Ratta nungguin. Aku yang awalnya santai aja, jadi agak bete juga~~ udah jauh-jauh ke sini dan nggak liat Ta Phorm. Ah, tapi yasudahlah~~ ada yang lebih penting dari sekedar destinasi kan?

Iya, buatku Traveling itu bukan sekedar destinasi. Bisa menemukan teman yang pas juga menentukan asik enggaknya suatu perjalanan. Dan nggak ada teman perjalanan yang sempurna, maka disitulah aku belajar toleransi. Dimana aku harus memaklumi kemampuan teman seperjalanan, dimana temanku pun bisa memaklumi jeleknya diriku~~
Jalan menuju Ta Phrom
Banyak bangunan yang ditumbuhi pohon dengan akar-akar unik macam ini disini. Keren bukan?
Akhirnya, perjalanan kami hari itu ditutup dengan meminta Mr. Ratta mengantar kami ke KFC Siem Reap. Aku nggak perlu menjelaskan KFC yang mana dan Mr. Ratta pun nggak bertanya, karena memang hanya ada satu, ya, The One and Only KFC di Siem Reap yang terletak dekat dengan Night Market.

Perjalanan ke KFC kok berasa lama banget ya. Tampaknya Mr. Ratta sengaja lewat jalur lain sehingga kami bisa melihat sisi lain dari Siem Reap. Yap. Jalan yang kami tempuh dengan tuk-tuk kali ini aku rasa lebih modern, banyak taman-taman bagus, bangunan modern, outlet-outlet merek ternama, termasuk bangunan-bangunan pemerintahan modern yang tidak kami lewati sebelumnya. Nah, disini aku kok nggak nemu file fotonya sama sekali ya? Lupa juga kenapa. Mungkin batere henponku abis waktu itu kali ya? Lupa~~

Menu di KFC Siem Reap standar ayam goreng, kentang goreng, burger, nasi. Aku dan yang lain sepakat cobain menu yang aneh disitu~~ Tamarind apa gitu, ayam sih, semoga halal. Kami beli 5 porsi, yang satu kami berikan untuk Mr. Ratta yang udah anterin kami seharian. Hehe. Dan setelah Tamarind apa gitu terhidang diatas meja, aku langsung aja males buat makannya. Baunya aneh. Lagi-lagi aku harus bilang kalau aku bukan culinary traveler yang bisa aja makan apa aja. Tapi kali ini aku nggak cuma aku kok, yang lain juga bilang kalau makanan ini aneh. Haha. Akhirnya kami pesen lagi take away paket ayam dan kentang goreng paket super banyak untuk dinner nanti malem di hotel aja~~ itulah kenapa aku bilang breakfast di hotel tadi pagi adalah makanan terenak buatku selama sehari di Kamboja.

Sebelum pulang kami minta dianter lagi ke tempat dimana kami bisa membeli fridge magnet dan gantungan kunci. Mr. Ratta mengantar kami ke Old Market. Old Market ini semacam sentra oleh-olehnya Siem Reap. Kalau mau cari khasnya Kamboja banyak tersedia disini kain kotak kotak warna cerah khas Kamboja, kalau kami yang traveler hemat ini cukup cari fridge magnet dan gantungan kunci ala kadarnya buat ngingetin kalau kami pernah kesini, ke Siem Reap, Kamboja. Hehe. Dengan kemampuan menawar kami yang terbatas, kami berhasil mendapat harga 1 USD untuk 2 fridge magnet, dan 3 usd untuk 6 gantungan potongan kuku. Cukup murah bukan?

Jam 6 kami sampai kembali di hotel. Yang menarik di Kamboja kami masih mendengar Adzan. Termasuk saat Maghrib ini dan tadi saat adzan Dhuhur. Mendengar adzan di negara orang kan jarang-jarang bisa terjadi. Kami memang sengaja untuk tidak pulang malam kali ini, selain antisipasi karena besok jam 4 harus sudah dalam bus pergi ke Bangkok, juga karena harus jaga stamina setelah dua hari kurang tidur~~ Yap, hari perjalanan kami masih panjang~~~

Pengeluaran Hari Ke-2

Kegiatan
Biaya
Rupiah
Teh tarik KFC KLIA2
3.9 RM
13845
Tanei Boutique Villa
34.5 USD/4
115575
Bis ke Bangkok
17 USD
227800
Tuk-tuk keliling Angkor
15 USD/4
50250
Tiket Angkor Wat
20 USD
268000
Lunch + dinner KFC
5 USD
67000
2 fridge magnet
1 USD
13400
6 potongan kuku
3 USD
40200
Air Mineral
2 USD/4
6700
Tips Tuk-Tuk
10 USD/4
33500
Total

Rp836270

               

No comments:

Post a Comment