Friday 24 March 2017

Memburu Street Art di George Town, Penang

Istilah Penang sebagai surganya makanan enak sebenarnya lebih dulu aku kenal dibanding Street Artnya yang ternyata lebih mendunia. Ingat Overland Tripku Tahun 2015 silam? Hampir saja aku ingin mampir sekedar untuk mencoba menyebrang dengan Ferry ke Butterworth (harap dimaklum, diriku yang senang jajal segala jenis transportasi asal terjangkau) menuju Pulau Pinang, salah satu kota di Malaysia yang jadi rujukan orang-orang Indonesia berobat, kalau nggak karena waktu trip yang terbatas. Hoho. Ditambah lagi di trip tersebut aku bertemu dua mahasiswi Penang, Wani dan Tika yang bilang 'kamu harus coba food hunting di Penang'. Oke, noted! Penang kemudian masuk bucketlist. Kemudian baru terwujud awal Tahun ini. Haha.
I was there, in Penang!
Dengan segala drama, akhirnya hari itu menjejak juga Penang International Airport. Sore hari karena penerbangan Airasia mengharuskan kami transit di Kuala Lumpur. Dengan menumpang Rapid Penang 401E, sampailah kami di Lebuh Chulia, sebuah jalan superstrategis. Kami menginap di Container Hotel Penang, salah satu dari banyak hostel unik di Lebuh Chulia. Aku bilang superstrategis karena ternyata banyak banget street art di sekitaran jalan tersebut

Perburuan street art dimulai keesokan hari, dengan modal peta yang kuambil dari hostel yang cukup jelas nunjukkin letak street art dari A sampe Z. Nggak jauh-jauh, bahkan ada street art yang nempel dinding hostel. Sebelum aku pamer street apa aja yang berhasil aku temukan, bahas sedikit soal transportasi yak. Moda apa yang cocok untuk keliling George Town ya? Seperhatianku, George Town bisa diputerin dengan 3 cara, pertama: jalan kaki, kedua: sewa sepeda atau becak, terakhir: nebeng free shuttle. Ada tapinya ya, kalo tujuannya mau hunting street art ya paling cocok jalan kaki karena kadang-kadang street artnya nyempil di unthinkable spot. 

yang nempel dinding hostel
Only you can stop bla bla bla
Me featuring Boy on a bike and Little boy with a pet dinosaur
Little children on a bicycle
Wohooo!!
Little Princess
Kang Dadang si Tukang Dagang 
bantu-bantu dorong-dorong
Berdoalah
Susu kedelai ya
Children on a swing
far far away
Kadang suka iri sama orang yang bisa gambar, gambar apa aja. Sesederhana apapun itu. Pasti seneng kan? Apalagi kalau bisa dinikmati banyak orang seperti ratusan street art yang tersebar di Penang. Beneran ratusan nggak sih? Nggak tau juga, karena waktu seharianku di George Town nggak cukup untuk menemukan semuanya! Hoho.

Lalu, apakah memburu street art sebegitu menyenangkannya? Buatku Iyaaaaa. Kebayang kan kita pegang peta lalu nyari-nyari dimana letak muralnya, seru. Beberapa street art bisa dengan mudahnya kita jumpai, tapi nggak jarang juga yang kudu bolak-balik nyempil-nyempil nggak ketemu juga, contohnya mural Boy on a chair yang terletak di Lebuh Armenian. Di jalanan itu berderet toko-toko souvenir, resto asam laksa, kios es krim, rame padet orang-orang berseliweran. Di situ kami mondar-mandir pasang mata penasaran dimana keberadaan si mural. Nggak ketemu juga sampe kami nyerah dan berpikir mungkin udah hilang ya. Give up. Sorenya dengan bersepeda kami lewat Lebuh Armenian lagi, berhenti di sebuah es krim kemudian ber-Wow karena mural yang kami cari ada di seberang kios itu, nyempil!! Huhu.
the empus at a lorong
Boy on a chair
Kalo yang begini, lebih cantik saat malam, ada lampunya
Lagi pula bukan cuma aku tok kok yang memburu street arts George Town hari itu, banyak segerombolan lain yang melakukan aktivitas yang sama. Tosss!! Bahkan di beberapa street art yang famous macam Little Children on a Bicycle dan Children on a Swing kami perlu antri untuk foto. Ajaib kan pesona mural-mural di George Town ini. Mungkin terlihat biasa, tapi tampak hidup. Suer!! Nggak nyesel deh, biar pun hari itu Penang panasnya Subhanallah sekali, semua terbayar, lunas!!

No comments:

Post a Comment