Friday 17 March 2017

Dilarang meng-underrated-kan Destinasi (Part 2)

Masih tentang cerita meng-underrated-kan destinasi yang terlanjur aku lakukan ya. Hoho. Januari lalu aku hampir saja membuang tiket KUL-PEN dan MYY-KCH yang kurencanakan untuk menjalankan misi lintas batas Entikong yang terpaksa gagal akibat ketiadaan waktu yang mencukupi (duh, bahasa macam apa itu!) akhirnya kuputuskan re-route ke Penang dan Melaka saja. Penang memang menjadi bucketlistku karena bagiku kota di Malaysia ini sangat menarik, pun begitu kenyataannya. Lalu, kenapa Melaka? Padahal ia hanya kota yang terkenal karena bangunan merahnya tok. Tapi saat itu, hanya Melaka saja, kota di Malaysia yang mudah transportasinya dari Penang dan dekat dengan Kuala Lumpur karena aku akan pulang ke Semarang dari KLIA2.
Melaka's Icon
Berangkatlah kami tepat tengah malam dengan menumpang overnight bus KKKL dari Komtar menuju Melaka Sentral. Melaka Sentral merupakan terminal bus utama di Melaka. Jangan anggap seperti di Kampung Rambutan yang bus dalam kotanya parkir dimana saja ya, Bus-Bus Panorama milik Melaka ini terpakir rapi sesuai nomor dan tujuannya, seperti Panorama 17 yang akan mengantar kami ke jantung kota Melaka, tepat kami jumpai di peron No 17.

Turun di Bangunan Merah, aku kembali berdecak kagum. Rapi dan bersih. Awalnya aku pikir hanya bangunan merah itu saja yang menjadi daya tarik Melaka. Ternyata, lebih dari itu. Melaka bukan hanya tentang bangunan-bangunan bersejarah yang diakui  UNESCO sebagai World Heritage Site, melainkan pencampuran budaya yang apik. Bagaimana mungkin, Bangunan Merah yang notabene sebuah gereja mampu berdampingan dengan peninggalan Kesultanan Melaka yang notabene muslim, kemudian menyebrang jembatan akan dijumpai kawasan Pecinan yang dimulai dari Jonker Street. Indah bukan?

Tak habis disitu, Melaka River bukanlah sungai banyak nyamuk seperti yang kebanyakan orang bilang. Ia cantik, apalagi saat malam. Coba aja ikuti wisata 10k steps susur Melaka River saat siang, kita akan tahu bahwa sungai yang tidak jernih pun bisa jadi objek wisata mahal, asal sekelilingnya menarik. Dan komentar Tikpo, "pembangunan pinggir kali tak harus menggusur ya". Benar. Biarkan saja penduduk asli memperindah kediamannya. Dengan tembok warna-warni. Dengan kafe-kafe otentik. Dengan mural menarik. Cantik. Jika lelah usai menyusur sungai Melaka cobalah melipir untuk menemukan 'Es Cendol', biarpun mirip dengan es cendolnya Indonesia, harus aku akui, yang disana lebih enak!
Cantik (1)
Cantik (2)
Cantik (3)
Cantik (4)
Cantik (5)
Lalu apakah aku mampu menghabiskan Melaka hanya sehari semalam? Jawabannya tidak. Alternatif bagi yang terbatas waktu, cobalah Melaka River Cruise. Coba saat malam hari lebih baik menurutku, siapa juga yang mampu menolak disuguhi view sungai dengan lampu kelap-kelip kan? Dari sinilah aku tahu bahwa Melaka sungguh kaya, sepanjang Melaka River kita akan disuguhi wisata sejarah yang awesome, tentang Kampung Morten, tentang Portuguese Square, tentang Masjid Kampung Hulu, tentang gedung-gedung teater sepanjang Sungai Melaka, tentang jembatan-jembatan bersejarah. Superb deh!
Take the cruise, find this view then
Weekend night at Jonker Street
Melaka River at night
Lagi-lagi Melaka bukan cuma World Heritage tok. Bukan juga cuma soal kelap-kelip Melaka River yang apik, atau Jonker Street yang padat merayap di akhir pekan. Cobalah keluar dari kawasan heritagenya, niscaya kita akan ingat kalau Melaka adalah salah satu kota tujuan 'wisata kesehatan' orang Indonesia. Aku ingat betul, saat menunggu boarding time di Bandara Ahmad Yani, aku sempat berbincang dengan Ibu muda yang penerbangan ke Kuala Lumpurnya hari itu akan dilanjut ke Melaka untuk kontrol pengobatan kepalanya usai kecelakaan beberapa tahun lalu. Sebelum sampai di guesthouse, aku sempat nyasar sampai ke pintu masuk Mahkota Medical Sentral yang aku yakin banyak pasien dari Indonesia berobat di situ. Nah, gimana nggak sangat menjual coba, selain berobat dengan biaya terjangkau wisatawan bisa sambil menikmati Kota Melaka yang cantik. Ditambah dua shopping mall besar berdiri dekat diantara rumah sakit dengan kawasan heritagenya, yaitu Dataran Pahlawan dan Mahkota Parade Shopping Mall. Berobat iya, wisata iya, belanja iya. Komplit. Makanya ya, Don't mess with Melaka. Melaka itu cantik kakak!

3 comments:

  1. Saya juga cantik...
    Seperti kampung Warna Warni Malang tempat kumuh di ubah menjadi indah...
    Atau kampung pelangi yang menjadi perhatian dunia "rainbow village"

    ReplyDelete