Saturday 1 April 2017

Ada apa lagi di George Town, Penang?

Melanjutkan cerita Penang dalam post terakhir, yang aku fokuskan untuk cerita perburuan street art kali ini mau cerita tentang Penang lebih luas. Penang merupakan salah satu negara bagian Malaysia yang meskipun letaknya di Semenanjung Malaysia namun ia berupa pulau sendiri (kecuali Butterworth) yang dikenal dengan Pulau Pinang. Pulau Pinang bisa di akses dari berbagai penjuru, dengan aneka moda transpotasi, Bus, Pesawat, maupun Jetty dari Butterworth.

Kali itu tripku berkawan Hesty dan adikku, Didin. Kami memilih jalur udara dari Kuala Lumpur, kecuali Hesty yang menggunakan overnight bus usai solo tripnya dari Singapura. Hightlightnya tentu saja berburu street art seperti yang aku ceritakan di post lalu. Tapi jangan lupa, isinya Pulau Pinang ini bukan cuma street art aja ya. Selain Melaka, Penang, tepatnya di George Town juga termasuk dalam list UNESCO World Heritage Site. Nggak heran kalo sepanjang ubek-ubek George Town kita akan disuguhi bangunan-bangunan antik warisan budaya. Sebenarnya kota di Pulau Pinang nggak hanya George Town aja, masih banyak. Tapi heritage site terpusat di George Town. Kami sebenarnya ingin juga tandang ke Penang Hill, lebih mengincar The Habitat Penang Hill sebenarnya, tapi dapat info dari Tika, teman Penang kami bahwa tempat itu belum officially buka jadi urung main ke Penang Hill dan keliling sekitaran George Town aja.
George Town
Baru kali itu aku sama sekali nggak buat detail itinerary selama trip karena memang mau jalan super santai aja. Toh juga George Town hanya kota kecil dengan akses dalam kotanya yang sangat mudah. Sudah sempat dibahas di post lalu bahwa ada beberapa cara explore George Town. Jalan kaki sangat efektif untuk hunting street art, bersepeda juga best untuk keliling-keliling hingga misalnya ke daerah Little India, cuma dengan bersepeda kita bisa susur gang-gang sempit tanpa capek, tapi panas tetep ya. Hoho. Penyewaan sepeda dan becak tersebar dimana-mana, tarif sepeda 5 RM per 2 jam. Waktu yang lebih dari cukup karena hari itu Penang panas sekali, jam 4 sore kami pinjam sejam kemudian sudah kami kembalikan :)
hanya bisa nemu lorong-lorong seperti ini kalau jalan kaki atau bersepeda
Gowes, capek, istirahat
maksud hati ingin sewa sepeda macam ini, tapi gabisa
Alternatif lain adalah CAT free shuttle bus, adem dan cepet sampe. Free shuttle ini melayani rute memutar dari Komtar hingga Pangkalan Weld. Komtar merupakan pusat kotanya George Town, disana berdiri beberapa pusat perbelanjaan, gedung pemerintahan, bahkan bus-bus antar kota berhenti disitu. Sedangkan Pangkalan Weld adalah bus station terdekat dari Jetty Station, tempat kita bisa naik Jetty ke Butterworth. Kami sangat memanfaatkan keberadaan free shuttle ini, nggak kehitung berapa kali kami ikut muter-muter dengan bus ini. Namanya jalan supersantai, ikut aja naik bus begitu ada tempat yang kelihatannya asik baru turun deh. Penang terkenal dengan museumnya, dari yang bersejarah hingga yang modern. Tapi kami melupakan itu semua. Hoho. Yang kami lakukan hanya ikut kaki melangkah, ikut gowesan sepeda, dan naik turun bus karena cantiknya bangunan-bangunan di sana sudah sangat membius.
Otentik. Titik.
Souvenir shopnya ikut-ikutan unik
Hanya ngintip. Tutup.
Ngaso di Esplanade
Terik tapi nggak panas karena anginnya semilir, masih di Esplanade
Waktu itu pertengahan Januari, sebentar lagi imlek. Wajar jika George Town, kota yang mayoritas Chinese ini menghias kotanya dengan lampion-lampion merah. Cantik. Di antara semaraknya lampion-lampion imlek dan bangunan-bangunan bergaya China, aura toleransi sangat terasa, seperti di Melaka. Berjalananlah hingga ke Little India, maka lagu-lagu khas India akan deras terdengar pun aku sempat menemukan Hindu Temple tapi lupa tepatnya dimana, seingatku nggak jauh dari hostel. Kemudian, di pusat kota George Town berdiri megah Masjid Kapitan Keling, masjid warisan India muslim.
Sambut Imlek, meriah.
Masjid Kapitan Keling
Kotak pos still exist in George Town
Even, Japanese style exist in George Town!
Wani dan Tika bilang, Penang tempat terbaik di Malaysia untuk food hunting. Aku yang sebenarnya bukan pecinta kuliner akhirnya penasaran juga untuk coba. Rekomendasi Tika adalah Nasi Kandar Deen Maju di Jalan Gudhawara dan Mee Sotong. Kami tak sempat coba nasi kandar, baik yang direkom Tika maupun Line Clear yang banyak orang bilang enak. Hanya coba dua Asam Laksa dan Mee Sotong. Asam Laksa kami icip di suatu tempat di Lebuh Armenian dan Mee Sotong di food court Esplanade. Mee Sotong lumayan enak tapi laksanya kurang cocok dilidahku. Huhu.
Asam Laksa Penang 
Mee Sotong
Eksplorasi kami hari itu ditutup dengan mengunjungi Clan Jetties, suatu kawasan di tepian George Town dekat dengan Pangkalan Weld yang berupa rumah-rumah warga keturunan China dari beberapa klan. Rumah-rumah tersebut berdiri di atas air. Unik kan?
Their house totally built over water
The best place untuk menanti senja di George Town
Kami duduk-duduk santai sambil menikmati matahari terbenam di Clan Jetties. Setelah gelap kami bergegas kembali ke hostel, mengambil ransel yang kami titip, sekali lagi menumpang CAT free shuttle menuju Komtar, killing time muter-muter Komtar sampai bus tengah malam tiba untuk membawa kami ke Melaka.

No comments:

Post a Comment