Saturday 12 December 2015

Le Grand Voyage (Madinah)

Finally, It's time to talk about Madinah. A city that I miss the most!

Aku nggak akan pernah lupa Subuh pertamaku di Masjid Nabawi yang kemudian selalu membuatku mengagumi Madinah. Memang, Masjidil Haram di Mekkah merupakan tujuan utamaku dalam perjalanan ini. Namun, sekilas waktuku di Madinah juga membuatku selalu ingin kembali kesana. Ada beberapa hal di kota ini yang tak kutemukan di tempat lain.
Selepas Subuh di pelataran Masjid Nabawi
Madinah terletak sejauh 2 jam perjalanan dini hari dari Jeddah. Tepat sebelum Subuh, rombonganku tiba di hotel yang letaknya sangat dekat dengan Masjid Nabawi, bahkan dengan Uthman Bin Affan Gate (No 25), pintu masuk perempuan. Inilah hal pertama yang membuatku takjub dengan kota ini. Madinah sangat rapi, lihat aja bagaimana jamaah diatur sedemikian rapinya. Menjejak pintu 25 kita disambut Askar (penjaga) yang bertugas memastikan tidak ada jamaah yang membawa kamera (kamera HP masih boleh), kemudian dipintu ada tempat menaruh alas kaki, menjejak masuk ke Masjid kita disambut deretan air zam-zam lalu masuk ke ruang sholat wanita membawa anak kecil, nah ini yang belum pernah aku temui di masjid mana pun, ruang sholat wanita dengan dan tanpa anak kecil dipisah! Sulit untuk menceritakan bagaimana Subuh pertama di Nabawi, syukur yang teramat selalu aku panjatkan.
Deretan air zam-zam
Lepas Subuh, aku kembali ke hotel, tercengang dengan apa yang kulihat. Nabawi yang masih gelap sebelum Subuh tadi, ternyata indah betul. Tak seperti masjid lain yang mayoritas putih, Nabawi berdiri megah dengan warna yang mewah. Aku hanya bisa bilang bahwa Madinah menyukai keindahan.
Masjid Nabawi
Kubah terbuka yang bergerak menutup setiap menjelang Subuh.
Ada dua hal yang selalu membuatku rindu akan Nabawi. Kubah Masjid dan Raudhah. Setiap sholat sunnah malam, aku selalu mencari posisi persis di bawah kubah terbuka, menanti sampai waktu Subuh mendekat dan melihat kubah menutup. I was amazed.
Kubah!!
Jika ada satu tempat mustajab di Masjid Nabawi, itulah Raudhah yang merupakan taman dari taman-taman surga. Raudhah adalah tempat diantara rumah dan mimbar Rosullullah. Kalau saat ini letaknya di bagaian depan kiri Masjid Nabawi. Rumah Rosulullah kini menjadi makam Kanjeng Nabi bersama dua sahabatnya Abu Bakar Shiddiq dan Umar Bin Khatab di tandai dengan Kubah Hijau jika dilihat dari luar. Raudhah memiliki luas yang terbatas yang ditandai dengan karpet hijau diantara karpet Masjid Nabawi lain yang berwarna merah. Luas yang terbatas dengan jamaah yang selalu tak terhitung jumlahnya membuat jamaah perlu berdesakan untuk bisa masuk. Karena letaknya di area sholat jamaah laki-laki, bagi muslimah bisa masuk di waktu-waktu yang telah di tentukan, tepatnya ba'da sholat Dhuha (jam 9-11 pagi), ba'da Dhuhur, dan ba'da Isya. Aku pribadi merekomendasikan waktu pertama, dua kali ke Raudhah setelah Dhuha aku bisa sholat dengan leluasa, dibandingkan waktu setelah Isya yang harus berdesakan dengan wanita Arab yang berbadan lebih besar.
Kubah hijau Raudhah, dulu luas Masjid Nabawi hanya sampai tiang-tiang itu.
Meskipin berdesakan, sholat dan berdo'a di Raudhah selalu menjadi momen syahdu. Aku merasa berada di titik terdekat dengan Rosullullah untuk bershalawat dan memohon syafaat Rosulullah. Ah, karpet hijau dengan tiang-tiang tinggi yang selalu membuatku merinding dan air mata yang selalu tak terbendung~~

Di Madinah, do'a akan terkabul. Be considerate of your words. Dengan iseng aku mengatakan dalam hati, penasaran dengan saat-saat payung masjid terbuka atau tertutup. Payung tertutup setelah Maghrib dan terbuka lepas Shubuh dimana waktu-waktu itu biasanya aku sudah berada di dalam Masjid, Tapi, ada suatu sore yang entah kenapa aku terlambat jamaah sholat Maghrib, memang sih jadi bisa lihat payung-payung masjid tertutup, tapi ketinggalan sholat berjamah lebih menyesakkan dibanding gagal lihat payung terbuka atau tertutup.

Madinah, bukan hanya soal Masjid Nabawi. Jika melihat Madinah secara keseluruhan kita akan menjumpai betapa rapinya kota ini. Blok-blok bangunan berjejer teratur demikian pula pedagang-pedagang di sekitaran Masjid Nabawi, semuanya rapi dan bersih! Pemandangan itu sebenarnya menarik, tapi tetap sayang untuk menjelajah jauh karena bagiku menghabiskan waktu di dalam Masjid Nabawi jauh lebih menarik. Jadi, rute jalanku hanya sekitar hotel-masjid-hotel-masjid selebihnya ya bersama rombongan mengunjungi beberapa tempat di Madinah.
Salah satu sudut kota Madinah yang rapi dan bersih
Madinah seperti Mekkah yang juga menjadi tempat perjuangan Nabi Muhammad, karena itu banyak tempat-tempat historis tersebar di beberapa titik di kota ini. Beberapa tempat selain Masjid Nabawi yang aku kunjungi (atau lewati) diantaranya:

Masjid Quba, adalah masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW. Masjid Quba merupakan masjid kedua yang paling sering dikunjungi setelah Masjid Nabawi karena memiliki keistimewaan bagi pengunjung yang melaksanakan sholat dua rokaat di Masjid Quba dengan air wudhu yang diambil dari rumah (atau hotel bagi jamaah umroh sepertiku) maka pahalanya sama dengan satu kali umroh (Wallahualam). Karena itu biasanya Masjid Quba dijadikan tujuan pertama dihari kunjungan. Seperti kebanyakan masjid di Arab, Masjid Quba berkelir putih. Di area masjid ini terdapat museum kecil yang berisi foto-foto kota Madinah dari masa ke masa.
Masjid Quba
Jabal Uhud, merupakan gunung terbesar di Madinah. Tidak seperti gunung lain yang menyambung dengan gunung-gunung lain. Jabal Uhud besar dan berdiri sendiri. Dalam sejarahnya, Jabal Uhud adalah tempat dimana 700 kaum muslimin berperang melawan 3000 musyrikin dari Mekkah. Dalam perang tersebut, 70 sahabat Nabi gugur dan dimakamkan di tempat mereka jatuh. Maka, jika kita pergi kesana, akan dijumpai sebidang tanah berbataskan dinding yang merupakan makan 70 syuhada yang gugur di perang dahsyat. Yang paling aku ingat adalah Mush'ab bin Umair, pemuda yang rela meninggalkan kegelimangan harta dan kasih sayang orang tuanya yang musyrik demi berhijrah ke Madinah mengikuti Nabi Muhammad. Salah satu dari banyak kisah sahabat Nabi yang selalu membuat merinding.

Jabal Uhud dari atas bukit pemanah.
Makam 70 syuhada ada dibalik dinding ini.

Masjid Qiblatain, kebetulan rombonganku hanya melewati Masjid ini, yaitu masjid yang memiliki dua kiblat. Sebelum turun perintah Allah tentang Ka'bah di Mekkah sebagai kiblat, kaum muslimin sholat menghadap Baitul Maqdis di Yerusalem. Kemudian turun wahyu tentang perubahan kiblat ke arah Masjidil Haram di Mekkah.
Masjid Qiblatain
Pic by google
Perkebunan Kurma. Kurma terlezat kabarnya ditanam di Madinah, itulah kurma Ajwa atau kurma Nabi. Karena itu, kunjungan ke perkebunan kurma yang letaknya dekat Masjid Quba ini selalu menjadi salah satu agenda 'wisata religi' ini. Aku pribadi tak terlalu tertarik karena saat itu bukan musim kurma berbuah. Hehe. Tapi, paling tidak aku bisa mencoba kurma yang masih segar (kalau nggak salah disebut rooftop), berkulit merah dengan daging buah yang putih rasanya sedikit mirip sawo tapi agak sepet. Manis, sepet, dan segar. Sayangnya, kurma ini nggak bertahan lama untuk dibawa balik ke Indonesia~~ jadi ya cukup dicicip saja. Tidak disarankan untuk belanja kurma di sini, harganya mahaalll. Hehe.
Kurma rooftop yang segaaarrr~~
pic by google
Untuk jamaah pria, ada kunjungan ke Makam Baqi, sedangkan kami yang wanita hanya lewat saja pemakaman yang letaknya sangat dekat dengan Masjid Nabawi ini. Makam Baqi merupakan komplek pemakaman umum yang tertutup bagi jamaah wanita. Di dalamnya, dimakamkan sahabat Nabi diantaranya Usman bin Affan, dan keluarga Nabi diantaranya Aisyah RA.

Belanja di Madinah. Di banding Jeddah atau Mekkah, aku lebih memilih untuk membeli sedikit oleh-oleh di Madinah. Itu pun aku lakukan hanya saat perjalanan pulangku dari Masjid ke hotel. Para pedagang di Madinah berjualan dengan rapi sehingga nyaman untuk sekedar melihat-lihat. Barang dagangannya pun unik dan lebih murah dibanding di Mekkah. Paling nggak ada beberapa yang aku beli di Madinah untuk sodara-sodaraku yang masih kecil-kecil. Hihi. Diantaranya cokelat yang dijual di pelataran Masjid Nabawi (aku sih belinya di toko dekat hotel), kurma (beli di kebun kurma dan toko dekat hotel), gelang-gelangan di pelataran Masjid Nabawi, dan tas atau dompet kecil buatan Pakistan yang juga banyak ditemui di pelataran Masjid Nabawi.

Huaahhhh~~ bahkan setelah menulis ini aku makin rindu dengan Madinah, terutama Masjid Nabawi dan Raudhahnya~~ Semoga Allah pantaskan dan mampukan kembali. Aamiin~~

No comments:

Post a Comment