Tuesday 8 December 2015

Le Grand Voyage (Jeddah)

Jeddah, satu dari tiga kota yang aku kunjungi dari sembilan hari 'wisata religi'ku. Mungkin aku nggak akan pernah menjejak Jeddah jika pesawat yang aku tumpangi nggak mendarat di 'kota modern'nya Arab ini. Yap, setelah 9 jam perjalanan direct flight dari Cengkareng ke Jeddah, pesawat GA9880 mendarat dengan sempurna di Bandara King Abdul Aziz. Sebenarnya, ada dua opsi yang sering digunakan travel umroh untuk masuk ke negara ini. Lewat Jeddah seperti kami atau direct Madinah yang rutenya biasa dilayani maskapai timur tengah.
Hari pertama sampai, aku tak banyak memperhatikan karena memang tiba sudah pukul 2 malam dan langsung naik bis untuk melanjutkan 2 jam perjalanan ke Madinah. Tapi, sepertinya 'belanja di Jeddah' sudah jadi bagian itinerary setiap travel umroh. Hoho. Jadi aku masih sempat merasakan suasana Jeddah yang jauh berbeda dengan Mekkah dan Madinah.

Kalau aku bisa bilang Jeddah itu kota internasionalnya Arab Saudi. Yap, bagaimanapun suatu negara harus membuka diri dengan dunia luar termasuk Arab yang mempersilakan budaya di luar Arab untuk sedikit memberi warna. Jadi, jangan heran kalau kita masih menjumpai wanita non muslim berpakaian gamis tapi tidak berjilbab, aku sih nggak ketemu ya, hanya sedikit info yang aku baca saat blogwalking. Hihi.

Sebelum pesawat mendarat, aku sempat terpesona dengan lampu kelap-kelipnya Jeddah yang berbaris teratur membentuk blok-blok rapi seluas mata memandang, sampai aku sadar yang aku liat ternyata lampu yang dipasang di pinggir jalan loh. Jeddah memang dibangun untuk jadi kota modern. Tata kotanya dibuat benar-benar rapi. Jalanan luas dengan mobil mewah melintas. Bangunan modern dengan arsitektur menawan. Bahkan sempat aku temui sebuah amusement park semacam Dufan di sana. Bayangkan, taman bermain di tengah gurun pasir!

Jadi, apa aja yang bisa kita temukan di Jeddah?

Dari perjalanan kurang dari 24 jamku di Jeddah, setidaknya ada beberapa tempat yang aku ingat aku 'lewati' selama di sana.

1. King Abdul Aziz Airport

Sepi. Nggak seperti bandar udara kebanyakan, King Abdul Aziz airport tergolong sepi. Denger-denger kami didaratkan dan ditinggal landaskan di terminal haji jadi karena itu kali ya nggak terlalu banyak orang lalu lalang seperti layaknya bandara. Hihi. Nggak tau juga sih, yang jelas saat datang dan pergi dari sana hanya ada beberapa rombongan umroh yang tampaknya satu pesawat denganku.
King Abdul Aziz Airport
Di bagian imigrasi, antrian laki-laki dan perempuan dipisah. Agak lucu juga lihat jamaah yang antri ada beberapa yang telah mengenakan ihrom yang artinya mereka telah ambil miqot (niat berihram) di pesawat dan akan langung menuju Mekkah untuk menuaikan umroh. Berbeda dengan rombonganku yang ke Madinah terlebih dahulu.

Keluar dari imigrasi pengunjung akan disambut dengan payung-payung besar permanen ala Masjid Nabawi dan akan langsung terhubung dengan udara Jeddah yang saat itu dingin-dingin kering, Di depan bandara, rombongan umroh akan di sambut dengan bis-bis besar milik travel yang akan membawa kami ke Madinah atau Mekkah. Berbeda dengan saat kedatangan, pas pulang aku baru menyadari bahwa bandara ini cukup luas. Menghabiskan waktu hampir 20 menit untuk sampai ke waiting room setelah selesai urusan imigrasi (kalo ini agak-agak lupa sebenernya. hehe).

Ngomong-ngomong soal fasilitas, bandara ini memiliki fasilitas sewajarnya bandara lah. Ada tiga hal yang aku soroti di sini. Pertama, bandara ini punya tempat wudhu dan prayer room yang luas, Hehe. wajar lah ya~~ negara Islam gitu. Kedua, toiletnya bikin ilfeel. Untuk negara sekelas Arab yang warganya dikenal sugih, rasanya kok nggak pantes punya toilet macam yang aku liat di bandara ini. Ketiga, nggak ada tempat belanja. Haha. Jangankan outlet-outlet duty free yang biasanya ada di bandara, kedai makanan pun jumlahnya bisa diitung pake jari. Nah, kalo yang biasanya belanja di bandara selalu jadi kegiatan pamungkas untuk ngabisin sisa mata uang asing, di bandara ini nggak bisa yaa.

2.  Masjid Qisas

Hukum qisas (pancung) masih berlaku di Arab. Bukan sadis, memang begitulah adilnya. Aku sempat merinding melihat tiang pancung yang terlihat dari luar, bahkan dari dalam bis yang sedang berjalan memutar masjid tersebut. Masjid Qisas berwarna putih, warna yang juga aku jumpai di banyak masjid di Arab, termasuk Masjidil Haram di Mekkah. Nah, dinamakan Masjid Qisas karena memang tempat inilah yang sering digunakan untuk menqisas yang terhukum.

Masjid Qisas
3.  Makam Siti Hawa

Sebenarnya tak ada bukti yang real tapi masyarakat percaya bahwa satu titik yang ditunjuk Ustadz dari dalam bis adalah makam Siti Hawa, istri nabi Adam a.s. Bukan di Mekkah atau Madinah, makam wanita pertama yang diturunkan ke bumi ada di Jeddah!

4.  Masjid Terapung

Masjid yang terkenal karena dibuat di tepi laut Merah dengan konstruksi seolah-olah mengapung di atas laut tersebut. Masjid ini selalu ada dalam itinerary perjalanan umroh, termasuk travelku. Sayangnya, waktu itu rombongan kami dikejar waktu check in pesawat pulang ke tanah air. Jadi ya cukup yudahdahbaybay aja sama masjid yang famous ini :)

5. Al Balad

Di Arab sana, Balad means Shopping! Bukan arti bahasa Arab ke Inggris kok. Hihi. Tapi setiap orang pasti akan merekomendasikan Al Balad sebagai tempat belanja. Mereka akan bilang 'nggak usah belanja di Mekkah atau Madinah, di Jeddah aja, lengkap!'. Dan itu benar, tetokoan di Balad menjual segala rupa yang bisa dijadikan oleh-oleh dari mulai yang mainstream macam kaos tulisan Arab Saudi (dan ini nggak ada di Mekkah atau Madinah), parfum, gantungan kunci, jejajanan, cecokelatan, sampai karpet pun ada!
Toko Ali Murah
Dari banyak toko yang menyandang nama 'Murah' dibelakangnya, Toko Ali Murah yang paling recommended. Tempatnya paling mudah dicari, tepat di depan pintu masuk kawasan Balad dengan tulisan putih pada backgroundnya yang berwarna biru. Bener aja, aku yang memang selalu males masuk toko yang rame memilih mencoba toko-toko yang lain dulu sambil mencari parfum titipan teman. Di toko sebelah Ali Murah aku membeli maamoul snack -yang ternyata superenak dan bikin nagih tapi sayang cuma beli sedikit- seharga 15 riyal untuk 2 kotak. Setelah cek beberapa toko aku nggak nemuin parfum pesenan temen, masuklah aku ke Toko Ali Murah dan bener aja, langsung ketemu parfumnya dan ketemu juga snack Maamoul yang sama dengan harga 5 riyal perkotak! huhuhu. Jadi kesimpulannnya, Toko Ali Murah paling lengkap dan lebih murah. Tapi nggak tau juga untuk barang yang lain ya~~ lebih murah atau nggaknya aku nggak ngerti. Hehe. Karena ada beberapa blogger yang tidak menyarankan untuk belanja di Jeddah. Aku mah liat kebutuhan aja, suka beli nggak suka ya lewat aja~~
Maamoul, cookies isi kurma yang enaknya pake banget!!
pic by google
Kalo pendapatku pribadi, kalau memang punya uang saku yang cukup buat beliin oleh-oleh sodara di tanah air, aku pribadi lebih milih belanja di Madinah, detailnya akan aku ceritain di posting selanjutnya ya. Pertimbangannya simple, kalo udah belanja total di Madinah, ibadah di Mekkah akan fokus dan nggak ribet bongkar muat bawaan lagi kayak kalo kita belanja di Jeddah.

Rupiah terpakai di Arab loh. Jadi nggak perlu nuker riyal banyak-banyak sebenernya kalau mau pergi ke sana. Cukup banyakin rupiah biru sama merah aja karena yang laku memang dua pecahan itu aja. Rate tukernya beda-beda di tiap kota. Pas aku di sana sih, untuk selembar 100 ribuan kita bisa dapet 30 riyal di Madinah, 28 riyal di Mekkah, dan 29 riyal di Jeddah.

Tuh kan jadi lebih banyak cerita soal belanjanya dibanding Jeddahnya. Ya memang sepertinya orang Indonesia dimampirin di Jeddah buat belanja kok~~ hoho.

2 comments:

  1. Wah luar biasa kesempatan mengunjungi Arab Saudinya. Semoga bisa ke sana juga nanti :) amiiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi.. Aamiin~~ terimakasih om sudah mampir :)

      Baru ngeh blog yg di blogspot. Postcrossing! Keren! Selama ini cuma baca yg wordpress. Haha.

      Delete