Friday 22 January 2016

Le Grand Voyage (Mekkah - Part 1)

Bersama keluarga baru saat mengabil miqot di Bir Ali
Di penghujung Tahun 2014, rombonganku meninggalkan Madinah menuju Mekkah. Sebelum mencapai Mekkah, kami menjalankan rukun umroh yang pertama, yaitu miqot (niat ihram) di Masjid Bir Ali terletak di perbatasan Tanah Haram, kurang lebih 11 km dari Masjid Nabawi dan kurang lebih 450 km dari Mekkah. Di sebut Bir Ali karena Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA menggali banyak sumur (bir) di tanah ini, sekarang bekas-bekas sumur buatan itu sudah tak tampak lagi. Masjid Bir Ali terdahulu kecil hingga mengalami beberapa kali renovasi sekarang menjelma menjadi Masjid yang cantik dan luas. Kesan teduh adalah yang pertama kali aku rasakan saat menjejak masuk ke Masjid untuk menunaikan sholat sunnah ihram. Setelah sholat sunnah ihram 2 rokaat kemudian membaca niat ihram, selanjutnya kalimat talbiyah mengiringi perjalanan haruku~~ aku merinding~~ Ya Rabb, hambaMu memenuhi panggilanMu~~

Perjalanan Madinah ke Mekkah ditempuh selama 6 jam dengan satu kali berhenti (entah di daerah mana, waktu itu sekitar jam 1 malam). Lucunya ditempat peristirahatan ini aku ketemu muridku Ditra! Haha. Kebetulan yang ajaib!

Dinihari aku terbangun di kota yang baru, Mekkah Al Mukarramah. Masih gelap, tetapi padat. Begitulah Mekkah di sekitaran Masjidil Haram, selalu hidup tak pernah mati. Selepas check in rombongan bergegas ke satu tempat, menuju Masjidil Haram untuk menuntaskan rukun umroh, tawaf dan sa'i. Hari itu 1 Januari 2015, awal tahun.

Melintas melewati Masjidil Haram, hatiku tak karuan, terharu sedemikian rupa sampai gemetar dan air mata tak terbendung. Oh, mungkin ini rasanya menjumpai yang tercinta. Bahagia dan Nervous. Sampai akhirnya melihat Ka'bah, aku masih tak percaya, kiblat muslim sedunia ada di depanku, begitu dekat. Tanpa boleh menyentuh Ka'bah, aku dan yang lain melakukan tawaf memutari Ka'bah tujuh putaran kemudian Sa'i di bukit Safa dan Marwah diakhiri dengan Tahalul. Alhamdulillah prosesi umroh berjalan lancar.
Ka'bah
Ada beberapa titik di dekat Ka'bah yang merupakan tempat mustajab untuk berdo'a. Tapi perlu diingat, berdo'a dimanapun selama itu baik, yakinlah pasti sampai. Jadi, tidak perlu terlalu memaksa jika tidak mampu untuk menyentuh atau melakukan sholat ditempat tersebut.

Hajar Aswad, merupakan sebuah batu di sudut timur Ka'bah. Saat melakukan tawaf, putaran dimulai dari sudut Hajar Aswad dan diakhiri di titik yang sama dengan mengusap (atau melambaikan tangan) sambil bertakbir. Terdapat sunnah Rosul yang begitu dikejar jamaah, yaitu mencium Hajar Aswad seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim sampai Nabi Muhammad. Aku sendiri tak kuasa mendekat, mencoba peruntungan pun tak berani karena desak-desakannya Subhanallah sekali. Uniknya, saat melakukan tawaf sunnah ada seorang ibu mendekat menawarkan bantuan mencium Hajar Aswad, bukan rahasia umum ya kalau itu adalah joki-joki Hajar Aswad. Hadeehh. Aku menolak, pasrah saja karena semua sunnah itu rejeki.

Multazam, yaitu pintu Ka'bah, salah satu tempat mustajab untuk berdoa, letaknya berdekatan dengan hajar aswad, karena itu desak-desakannya sama aja. Aku memutuskan tidak mendekat, sholat dua rokaat dengan arah lurus multazam bagiku sudah cukup. Aku sudah sangat bersyukur.

Rukun Yamani, merupakan sudut lain Ka'bah yang menghadap ke arah Yaman. Sama sepert hajar aswad, ada keistimewaan untuk mengusap (tanpa mencium) bagian Ka'bah ini. Yap, Alhamdulillah ada saat dimana Ka'bah sedang dibersihkan sehingga aku leluasa untuk mengusap Rukun Yamani ini.
Rukun Yamani
Maqam Ibrahim, merupakan jejak kaki Nabi Ibrahim saat pertama kali membangun Ka'bah. Melakukan sholat sunnah di depan Maqam Ibrahim memiliki keistimewaan, tapi sulit untuk benar-belakukan itu karena ada penjaganya. Hehe. Jadi setelah tawaf, afdolnya sholat dua rokaat menghadap Ka'bah dengan arah segaris Maqam Ibrahim :). Melihat Maqam Ibrahim nggak sesulit melihat Hajar Aswad, saat kita  melakukan tawaf mendekat saja ke bangunan kaca di dekat Ka'bah, didalamnya lah terdapat Maqam Ibrahim.

Hijr Ismail, dahulu luas Ka'bah mencapai Hijr Ismail ini tetapi karena bencana Ka'bah runtuh dan Bani Quraisy saat itu kehabisan dana halal untuk merenovasi Ka'bah seperti pondasi semula. Karena itulah, daerah sepanjang Hijr Ismail hanya diberi pembatas dinding rendah yang menisyaratkan bahwa daerah tersebut masih di dalam Ka'bah. Maka, sholat di dalam Hijr Ismail sama dengan sholat di dalam Ka'bah. And i did it twice, Alhamdulillah~~ diberi kesempatan untuk berdoa dibawah pancuran emas di atas Hijr Ismail yang merupakan salah satu tempat mustajab untuk berdoa.
Hijr Ismail dan pancuran mas
Bukit Safa dan Marwah, dua bukit yang terletak dekat Ka'bah ini dalam sejarahnya tak lepas dari kisah Siti Hajar yang menempuh 7 putaran (bolak-balik bukit Safa dan Marwah/ sa'i) untuk mencari air untuk anaknya, Nabi Ismail hingga memancarlah air zam-zam dari tempat tersebut. Sa'i merupakan rukun umroh dan saat-saat sa'i itulah waktu mustajab untuk berdoa.

Itu tadi tempat-tempat mustajab di sekitar Ka'bah, sekarang aku coba ulas tentang Masjidil Haram, masjid paling suci bagi umat Islam. Masjid ini dibangun mengelilingi Ka'bah. Saat ini Masjidil Haram direnovasi besar-besaran untuk menampung jamaah yang kian tahun kian banyak. Waktu aku ke sana banyak titik renovasi yang sedang dilakukan, diantaranya area tawaf yang sedang dibangun menjadi 3 lantai dan pintu utama Masjidil Haram yang sedang diruntuhkan untuk memperluas area. Selama disana aku masuk Masjidil Haram melalui pintu King Fahd Gate, pintu terdekat dari hotel, itu pun perlu jalan beberapa menit untuk sampai ke Ka'bah.
In front of Masjidil Haram
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk beribadah disini adalah waktu. Nggak tau kenapa waktu kok rasanya singkat sekali disini. Baru selesai Dhuhur tiba-tiba udah Ashar. Belum lagi hotelku yang lumayan jauh kurang lebih 15 menit jalan kaki itu juga baru sampai pelataran Masjidnya karena Masjidil Haram tuh satu jam sebelum adzan aja udah nggak kedapetan tempat sholat. Jadi aku manage waktunya gini supaya waktu nggak habis dijalan. Aku cuma balik ke hotel setelah dhuha (jam 9an) untuk sarapan dan balik lagi setelah Isya pas makan malam. Waktu makan siang aku lebih milih cari yang ringan-ringan aja di toko-toko sekitaran Masjid. Hehe. Pernah suatu kali bangun kesiangan sekitar jam 4.00 am, panik langsung jalan aja ke Masjid padahal Adzan Shubuh waktu itu jam 5 lewat dan bener aja, Masjid full dan aku dapet di jalanan!

Ada beberapa tempat di luar Majidil Haram yang menjadi destinasi kami. Beberapa tempat menarik karena memang bersejarah dan beberapa tempat menarik karena kesuperiorannya~~ dibahas di Part 2 aja yaaa~~ hehe

Grand Zam-Zam

No comments:

Post a Comment